PUISI ANAK SD AHEWA VERSION, Mohon bagi yang mau mengcopy Puisi2 di bawah ini untuk mencamtumkan sumbernya, yaitu ahewa.wordpress.com , mari kita basmi pembajakan///….karya cipta…
Puisi di bawah ini sengaja saya tulis untuk pusbuk, selebihnya untuk anak-anak yang tahu diri jauh dari sikap berandalan dan membabi buta/// mereka siswa berpredikat istimewa .Mohon maaaf kekurang jelasan , spasi antar bait, karena belum sempat di edit di web imi, di bawah ini adalah versi wordnya :
1. Max Havelaar
Buku berjuta isi tercipta darimu
Oh Multatuli pembawa benderang
Kau lah lawan tapi juga kawan
Kau kawan penerang kami di atas
jalannya kerja rodhi itu
Kau gegerkan negaramu sendiri
dari atas tanah kami
Kau menoreh belas kasihanmu
Hingga akhirnya kami pun tak berkelanjutan
dalam asa rodhi itu
2. Kapten Pattimura
Kapten sungguh aku berbangga hati
Hormat padamu kapten dari Maluku
Jutaan rakyat Indonesiaku kini mengenang
Jutaan jasamu yang benderang
Kau torehkan garis keberanianmu
Melawan cambuk-cambuk
di benteng Victoria
Kau lawan keganasan pecut-pecut itu
Walaupun akhirnya engkau harus rela
menancap di tembok Victoria itu
Keberanianmu kini membawakan bekas
pada kami untuk ikut dalam lenteramu.
3. Puputan Margarana
Hukum tawan karang kau tak berlaku
Biarlah kau meledak di tanah Dewata
Kami lebih suka karena kami punya kebebasan
Buleleng kau jadi lautan merah
Jutaan pedang bersimbah
Jutaan peluru bertumpah
Kau alirkan darah di tanah kami
Biarlah puputan menjadi saksi kekuatan kami
Di bawah tangan jelantik
Kami akan menghabiskan titik merah terakhir ini.
4. Amukti Palapa
Amungkubumi mahapatih berpetuah
Mengucap seribu janji
Membawakan Hasta Dwipa Nusantara
Gajah Mada benar –benar telah membuka
Negara kertagama Pancasila
Bersatukan Bhineka Tunggal Ika
Dalam wadah Indonesia
Ayolah para amukti kita bergulir
Bergandeng tangan kanan dan kiri
Menancap di bumi Indonesia.
5. Romusha
3,5 tahun kau menancap
Di bumi Indonesiaku
Menorehkan barisan-barisan
tak berbelas kasihan
Seberkas sarung goni melekatku
Seuntai cambuk membara menemaniku
siang dan malam
Tangisan-tangisan malam menjerit
Merintih kesakitan menahan pecut
Ku tak masuk sesuap nasipun
Hingga mati itu datang merajut kepadaku
6. Batavia
Batavia..oh… Batavia negri berjuta serbu
Nikmatmu membawa pikat
Lenteramu menoreh sejarah
Di kala itu sang kincirpun datang
dari negri seberang
Membawa maksud untuk mengepung
Menyimpan udang dibalik batu
Sungguh berkemauan membabi buta
Tak henti-hentinya mereka mengepung
berbagai mutiara rempah-rempahku
Di pelataran negri loh jinawi ini
kami sungguh tak berkutik
ikut menyaksikan
lembaran kisahmu tuk menjadi
Batavia Sunda Kelapa
Ibu kotaku Jakarta
7. Rengasdengklok
Di kotamu aku diculik
Di kotamu aku ditahan
Di kotamu aku disandera
demi Indonesia
Di kotamu aku berfikir
Di kotamu aku berjuang
Di kotamu aku menyusun
Strategi Indonesia Merdeka
Barisan barisan pemuda berpenampilan
Barisan barisan pemuda berkeberanian
Tuk satu Indonesia Merdeka
8. Bandung Lautan Api
Kami dengar ultimatum bergeming
Mengajak kami bergolak
Mencabik-cabik bumi Bandung Selatan
Letakkan senjatamu
Kumpulkan di tempatku
Kosongkanlah tempat ini
namun kami tidak mau
Pilih..kami akan pilih… berperang
Di ibukotaku periangan
Ibu kotaku kenang-kenangan
9. Agresi Militerku
Dari tanahku tercinta
Kami akan mati bersandarkan peluru
Menepis jejak-jejak gerilya
Bertemankan kabut senja
Belanda telah muncul tuk kedua kalinya
Berancamkan meriam
Oh…kami tidak takut
Kami akan tetap terus
beragresi,bergerilya, sampai
merdeka tiba
10. Meja Bundar
Roem-Royen kau tak hasil
Oh..Den Haag kami kan datang
Bersaksikan meja bundar
Di bawah Muh hatta
Berlawankan Maarseveen
dan Chritchley
Kami kan juangkan
Indonesia berdaulat
Tuk kembali merdeka
11. Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
12. Buat Ibu tercinta
Ibu,
kala aku beranjak dewasa,
kala aku membutuhkan tempat bertanya,
kenapa Ibu pergi?
Ibu,
ibu tahu tidak kalau aku sedih?
ibu tahu tidak kalau aku takut?
tapi kenapa Ibu pergi?
Ibu,
bicara dong, kenapa cuma diam saja?
memang beban ini cuma milikku saja?
Ibu,
kalau memang begitu adanya,
doakan aku supaya kuat,
doakan aku supaya bijak
dan tidak terinjak-injak…
Dari putrimu
yang sangat menyayangi,
merindukan,
dan membutuhkanmu….
13. Perjalanan Jarum Jam
Kupandang kau bergerak
Mengikuti putaran yang menjingkrak
Putaranmu searah dan tak
pernah berbalik arah
Mengapa kau tidak pernah berbalik ?
Ataukah memang tak ingin kembali
Ku lihat sekali lagi kau tetap begitu
dan tetap begitu saja
Dan ku tahu apapun yang terjadi
Kau memang tetap begitu
Sungguh pendirianmu begitu kuat
dan tak ada satupun yang menyamaimu
14. Sumpah Pemuda
Wahai para pemuda pendahulu…..
Yang telah hidup puluhan tahun berlalu
Yang telah membuat semua bersatu
Mengabadikan lentera nusantaramu
Di kala sekarang telah tiada
Gema janji sumpahmu tetap masih meraung
Meraung keras di seluruh penjuru sudut bangsa ini
28 oktober, karenamu pemuda Indonesia melebur
Menjadi sebuah pedang yang diasah tajam
Dan siap di gunakan untuk mengisi kemerdekaan ini
Terima kasih sumpahmu
28 oktober kan kugemakan slalu sampai nanti
mentari tenggelam di seberang timur
15. Petualang Kecil
Jalan merayap, jalan merangkak
Berdiri tegap, berbadan kuat
Melewati belantara terjal pegunungan
Menemani nuansa riuh berkicaunya burung
Mengalahkan kejamnya tantangan alam
Sang petualang kecil bertoreh keberanian
Tak pernah takut ataupun sirna
Melawan kesegala mara bahaya
Yang bermunculan di jalanan
Dan bila haus mendahagakan
Mengeringkerontangkan tenggorokan
Kau tetap menggeliat
Mencari timbunan asamu yang masih terpendam
16. Ramdlan Ku Sayang
Kau datang dengan segudang harapan
Di tengah penantian berjuta manusia
Senyum suka cita pun mencuat dari mulut mulut kecil
Dan bila kau pergi keramahan tiada lagi
Tangis sedih mewarnai kehilanganmu
Tak’da lagi lantunan lantunan kecil
Yang menyejukkan hati
Penenang jiwa nan gundah
dari hasil tilawah yang menggugah
17. Sepertiga Akhir Malam
Kubuka di kecoklatan depan rumah
Kusaksikan langit begitu berkilauan
Dihiasi gugusan bintang
Sungguh hatiku pun ikut senang
udara dan pikiran begitu lengang
di sepertiga akhir malam
Kulawan dan kukalahkan udara dingin
Air wudlu pun menembus membasahi kulitku
Dalam sujudku kupanjatan doa kehadiratMu
Jadikanlah bangsa ini,
Bangsa yang aman ,tenteram
dan sejahtera
Bangsa yang menghidupkan
akhir sepertiga malam itu
18. Istana Langit
Memandang ke angkasa lepas
biru,putih bahkan abu-abu
warnamu menampakkan
Tak terbayang jika manusia
berpijak di atasnya
Apa yang akan dirasa,
senang, gembira pasti bahagia disana.
Memang manusia tak berhak tinggal
Apalagi tidur di istana langit
Hanya Tuhan sang pencipta alam
Yang menguasai jagad raya,
Yang bersemayam didalamnya
Untuk mengatur kehidupan ini
sampai kiamat nanti tiba
19. Sinar Mentari Pukul Sepuluh Pagi
Pukul sepuluh pagi aku berdiri
berjalan dan lalu berlari,
di bawah sinar mentari.
Panasnya menusuk kulitku,
dan menyilaukan mataku,
namun tenang menembus hatiku.
Ingin ku utarakan semua
biar dunia tahu,
aku bangga sebagai makhlukNya!
Terima kasih,Tuhan
Kau masih biarkan aku terbangun hari ini
Kau masih ijinkan hidungku bernafas hari ini
Kau masih memberikanku hidup hari ini
Sehingga aku masih dapat menikmati
karuniaMu yang terindah
dalam permata yang terus bersinar
20. Tuhanku Aku Mengadu
Aku kecil di kala dulu berada
Tak satupun tahu hasrat yang kusimpan
Di saat waktu terus berputar
Di kala usia bertambah angka
Tuhan bolehkah aku bicara padamu ?
Sekarang aku sudah besar
Detik demi detik kulewati bersamaMu
Senang dan sedih kulalui dengan mengenalMu
Tuhan aku punya hasrat
HambaMu punya timbunan cita –cita
Wujudkanlah di kala aku besar nanti
Tuhan, ku percaya engkaulah pengatur jagad raya
penentu segala takdir ini
21. Mu’jizat Di Atas Doa
Segudang harapan manusia
tersimpan dalam kata – kata
Terpanjatkan bersama untaian suara
yang berisi harapan tuk kehidupan
Untukmu para siswa Indonesia,
untaian harapanmu tersimpan dalam doa.
Terus dan teruslah berdoa
mendekatlah kepada sang pencipta
Kuasa ada bersamaNya
Tak perlu kau resah
pabila harapan tidak terwujudkan
Janganlah berputus asa dan tetap berdoa
karena doa adalah mu’jizatNya
22. Seperti Bintang
Kutatap langit nan berkilau di kala malam
Kusaksikan gugusan bintang begitu bercahaya
Cahayanya begitu indah
Sinarnya sungguh menggugah
Oh, Bintang daku ingin seperti dikau
Menjadi pelita terang di kala gelap
Membuat penyejuk hati untuk setiap insan
Oh, Tuhan sungguh kuasaMu begitu sempurna
Engkau ciptakan hiasan maha sempurna
Sebagai pelengkap dunia di kala kelam
Sebagai permata berlian bagi setiap mata yang memandang
Oh, Tuhan izinkanlah aku bersinar seperti bintang
23. Nyiur Hijau
Nyiur hijau di tepi pantai
Bang kuning meraya
Siur siur daunnya melambai
Burung-burung berpada menyanyi gembira
Tanah airku tumpah darahku
Tanah yang subur kaya makmur
Tanah airku tumpah darahku
Tanah yang indah permai nyata
24. Awan
Kulihat awan seputih bunga melati
Kesana kemari dilangit luas
Andai saja aku bisa menggapainya
Agar aku bisa melihatmu
Akan kuraih bila aku dapat
Akankah aku bisa menggapainya
Aku akan berusaha
sekuat mungkin……
sekuat mungkin…..dan
sekuat mungkin…..
25. Bungaku
Oh Bunga……
Engkau mekar di taman beraneka warna
Merah dan putih selau berseri
Mawar dan melati berwarna warni
Di atasmu penuh kumbang dan kupu
Menari, menyanyi dan menghirup madumu
Bagaikan mimpi dikhayalku
26. Bocah Jalanan
Langit, bapaknya
Bumi, ibunya
Alam,pekarangannya
Raga,rumahnya
Waktu,menggelindingkannya
Sampai jiwa kembali padaNya
Berangkat pagi diterpa angin
Menyibak kabut bertaruh nyawa
Untuk menyambung hidup hari ini
Belajar dari binatang buas
Memburu rejeki lewat apa saja
27. Mentari
Hai mentari pagi
Hari ini kau datang tampak cerah sekali
Engkau datang tiap hari
Untuk sumber energi pribumi
Semua orang berlari pagi
Untuk menyehatkan diri
Tanpa kau, hai mentari
Di seluruh bumi ini
Akan mati tiada lagi
28. Berguru Pada Semut
Hitam, merah berjalan merayap
Menyelinap mencari celah
Mencari makan.
Hitam dan merah tak pernah gerah
Menjunjung makanan bersama sama
Membawa masuk ke istana raja.
Berpesta bersama dalam semangat
yang tetap mempesona.
29. Indah Nian Desaku
Kulihat sawah membentang
Warna hijau bagai permata alam
Ku coba telusuri jalan
Akankah tetap begitu ?
Kuingin tetap begini
Terlihat apa adanya
Kuingin tetap begitu
Terlihat kenyataannya
Mentari mulai tenggelam
Dan…akupun tetap disini
Menikmati alam yang ada
Anugrah dari yang kuasa
Oh…..alam desaku
……aman dan damai
Oh…..alam desaku
……lestarikanlah
30. Kali Code
Di keindahan Jogjakarta
Kau terhampar uliran ular
Kau belah kawasanku
Memanjang utara selatan
Erupsi Merapi kau ikut
Sampah rumah kau ikut
Limbah pabrik kau ikut
Kotoran manusia kau ikut
Kau memang hebat
Tapi di kehebatanmu aku kasihan
Kau sepertinya tak kuat
Tak kuat untuk itu
Pantaslah bila kau sapa aku
Dengan bah airmu
Aku tahu,…. kau pasti marah padaku
Aku minta maaf !
31. Kisah Merapiku
Kuterlelap di ketiduran malam
Memejamkan mata di semak belukar
Gemuruh merapiku menggelegar
Gemuruh merapiku menggetar
Oh…ternyata engkau tidak bercanda
Oh….ternyata engkau tidak tertawa
Janganlah engkau terbatuk-batuk
Janganlah dikau bergoyang
Wahai Merapiku……Kasihanilah aku
Cukupkanlah badanmu bergoyang
Hari ini saja, kami sungguh takut
Untuk mengulang yang kedua kalinya
32. Kilatan Petir
Hari ini aku melihat kau mengangkasa
Merambat riuh di awan
Bersama butiran hujan
Ke bawah bumi kau sambar
Ke atas bumi kau gemelegar
Kilatmu sungguh aku takut
Cahayamu sungguh aku ciut
Kuat berkasmu menerjang belantara
Lakumu patut tuk ditiru
Bersama semangatmu yang lugu
Ku kan bawa laku itu sepertimu
33. Bencana Melandaku
Lewat suara gemuruh diiringi debu bangunan yang runtuh
Tempatku nan asri terlindas habis
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Kau lalap habis aku kehilangan segalanya…..
Mata manusia sedunia terpengarah, menatap dan heran
Memang kejadian begitu dahsyat
Bantuan dan pertolongan mengalir
Hati manusia punya nurani
Tuhan , mengapa semua ini terjadi ?
Mungkin kami telah banyak mengingkariMu
Mungkin kami terlalu bangga dengan salah dan dosa
Ya, Tuhan ampunilah kami dalam segalanya
34. Bertolong Menolong
Satu batu besar sebesar gunung
terangkul berpuluh puluh tangan
tetaplah tak terjengkal
Namun andaikan semut itu
dengan begitu kecilnya
berangkat bertaut pijak
bergotong gotong dalam ketangguhan
benda sebesar gunungpun pasti’kan terangkat
Manusia menahan keluh
terus berbasuh peluh
dan tetap saja tak bisa mengangkat
jika tangan tak tergandengkan
sekuat pagar yang membentengi rumah
35. Ku Suka Diriku
Hebat aku adalah hebat
Bergelora sakit
Berkejora sedih
Menghalau pilu di sana sini
Tetaplah aku tidak akan berganti
Wajahku tetap lugu
Lakuku juga tetap
Tiada daya yang merubah
Tak ada pikat yang menggiur
Karena aku suka pada diriku
36. Bangunlah
Di tengah gemerlapan cahaya
Diantara tarian-tarian malam
Mereka terlena dan lupa
Atau sengaja lupa akan budaya bangsa
Tertutup oleh pesona luar
Yang bukan milik kita
Wahai ………..anak bangsa
Dengar……… dengarkanlah
Sisihkan hati untuk negeri ini
Cintailah budaya sendiri
Sebenarnya kita punya banyak pesona
Pesona yang dapat dibanggakan
Inilah budaya daerah, budaya bangsa
Wahai…….bangsaku
Bangunlah dari tidur lelapmu
Hapuskanlah dari mimpi-mimpi kosongmu
Berjuanglah !
Jangan biarkan budaya dicuri negeri orang
Ia butuh perhatian
‘tuk diperjuangkan dan dilestarikan
Agar tetap jadi milik bangsa
Bangsa yang besar
Bangsa Indonesia
37. Puncak Jayawijaya
Tebing tebing terjal
Tertaklukkan sang pendaki
Berhari-hari menahan rintihan
Menahan siksaan dinginnya
salju terasa puncak Jayawijaya
Setapak demi setapak
kaki bertautan menahan pijak
Melawan terjalnya tantangan
alam jayawijaya
Berlama lama melintas
Menanjak, meliku,mengganjal
Guliran kaki yang menghentak
Sedikit demi sedikit
Dengan pelan lagi pasti
Sang puncak telah terlihat
Haru membahagia membahana
Bendera menancap pada sang raja
pegunungan Jayawijaya
38. Pelangi
Pelangi……pelangi….pelangi……
Warnamu indah berseri
Merah kuning, hijau,itu warnamu
Disinari oleh mentari
Semua orang menyukaimu
Kau pelangi terindah disini
Inginnya aku melihatmu setiap hari
Dan disertai burung burung terbang tinggi
menancapkan asaku di awan tinggi
39. Sang Juara
Dia bukanlah keberuntungan
Mereka tiadalah orang yang berkejora
Dia dan mereka hanya bergelora
Di saat pertandingan tiba
Hatinya adalah mesin
Berputar terus menerus
Tiada henti
Dalam kemunduran
Tetaplah menampakkan dan menghadiahkan
Kemenangan yang tiada henti
40. Balada Dua Bocah
Dua bocah dalam rumah kosong
Berkelakar dan tertawa riang
Tuk usir lapar
Yang merongrong
Selama menunggu ibu bapak pulang
Mengkais rejeki disetiap peluang
Dua bocah dalam rumah kosong
Lelah bermain selepas petang
Berbaring di lantai sambil menerawang
Sementara ibu bapak terus berjuang
Abaikan dahaga dan terik yang memanggang
Dua bocah dalam rumah kosong
Sama mimpi lihat makanan terhidang
Lalu dilahap hingga perut kenyang
Tepat di saat ibu bapak genggam menang
Segera bawa buat buah hati sayang
Tapi bocah sudah meregang
Paras mereka tenang
41. Indonesiaku
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata
42. Piknik ke Angkasa
Bila burung mengangkasa
Dan mata memandang
Hati pun pasti ikut terngiang
Oh……Tuhan kenapa bisa begitu ?
Kenapa manusia hanya begini ?
Bukan maksud hati untuk membanding
Tapi ……andaikan ku punya sayap
Pasti ku kan terbang lebih ,lebih dan lebih
ke atas sampai ke angkasa luar
Mungkin rumah juga ku bangun di sana
Dan ku tinggal di luar angkasa
menggapai cita yang membahana
43. Kupu-Kupu Pun Mengerti
Ketika kupu-kupu bergerak
Mengikuti harumnya aroma bunga itu
Ia tak tahu bahwa sekarang telah bisa terbang
Menikmati indahnya awan angkasa
Apakah kau mengerti dulu kau adalah ulat
Dengan segala keganasanmu
Kau makan daun daun muda kesayangan pak tani,
dan kau sangat jijik , kotor lagi menakutkan
Tapi sungguh ajaib Tuhan menciptakan
Kau bekali dirimu dengan metamorfosa
Dan kau tidak makan, menahan haus dan dahaga
Di dalam kurungan hijau yang tergulung- gulung
Ketika waktu tiba kau rubah dirimu jadi makhluk maha sempurna
Berpenampilan molek dan menawan
Membawa bahagia bagi siapa saja yang melihatnya
44. Kunang-Kunang
Saat malam tiba
Gelap pun membumi
Menutupi hingarnya dunia siang
Ada satu yang menakjubkan kalbu
Kunang-kunang beterbang ke kiri dan ke kanan
Melintas mata manusia
Membuat otak memutar pikir
Memberikan pertanyaan
Mengapa engkau memiliki benderang
pencipta terang di kala malam ?
Sadar semua berpikir
Hanya Tuhan yang maha tahu
Semua itu
45. Terlambat Sekolah
Burung telah bernyanyi di kala pagi
Menyanyikan lagu semangat tuk menanti hari berseri
Dan bedalah manusia dengan burung itu
Di balik selimut manusia bersembunyi
Menyenyakkan diri melupakan kewajiban hati
Aku tidaklah beda masih demikian
Kemalasan telah meracuniku
Hingga aku tak bisa berbuat banyak
Kesekolah tidak bisa datang tepat
Aku kalah dengan seekor burung
Hingga malupun aku dapat
46. Pengemis-Pengemis Kecil
Ditengah persimpangan warna warni
Di banyak kerumunan besi berasap
Tersaksikan tangan tangan kecil menengadah
Meminta belas kasihan pada sang raja jalanan
Bertalu talu berada di bawah mentari
Menahan hausnya rintihan hati
Mengharap ada yang memberi
Tak pernah lusuh walau dilakukan setiap hari
Sungguh, membenakan hati dirimu itu terlukiskan
Namun siapa gerangan bisa berbuat
Tuk’membalikkan telapak tangan
tentang keberadaanmu itu berada
47. Sepak bola
Oh…., sungguh senangnya aku bermain
hingga waktu pun aku lupakan
Berlari, menyerang, menyerbu lawan
membawa bola lari masuk ke gawang
Oh…., sepak bola siapa gerangan engkau mencipta
Keberadaanmu membawa angin segar dunia
Semangat didalammu membawakan kobaran gelora
Oh….., sepak bola apa dikata engkau tiada
dunia sepi…!, sunyi… !, suram…. !
bak kota mati yang ditinggal pergi
48. Irama Nusantara
Meliuk, membentang, dan menggejola
Perihalmu menampilkan
Pabila satu, pabila dua, pabila tiga
Itu pastilah berbeda
Sedikit orang yang memperlihatkan
Apalagi mengerti perihalmu beda itu
Tak sedikit darah yang ditumpahkan
ataupun harta dikobarkan
Tuk menebus gejolak iramamu itu
Memang hanya satu yang dapat
meredam ,meluluh, bahkan menyirnakan
Pabila persatuan tertancapkan di irama nusantaramu
49. Alamku Surgaku
Zamrud khatulistiwa, kau adalah surga
Fenomena alam Indonesia begitu menawan
Orang Arab sering berkata
oh Indonesia, ini adalah surga dunia,
tempat tak ada dua di dunia
Namun mengapa alam surgaku mulai hilang
mulai terkikis oleh hingar – bingarnya dunia
dan juga kejamnya nafsu manusia
Oh Tuhan janganlah kau ambil alam surgaku
dan sadarkanlah kami untuk membelainya
dengan penuh kasih saying
50. Rumah Impian
Rumahku……
Sawah hijau terbentang luas
Gunung-gunung menjulang tinggi
Yang selalu menemaniku di kala pagi
Rumahku …..
Sungai nan jernih sungguh mempesona
Padang rumput penuh canda ria
bocah-bocah gembala
yang selalu membuatku terpesona
Namun…..
Kemanakah rumahku itu ?
Hilang dalam waktu sekejab
Berganti dengan pabrik-pabrik penuh asap
Oh…. Apa ini hanya impian ?
Walaupun ini hanya impian aku tetap akan terpesona
51. Bangunlah Ibu Pertiwiku
Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian
,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu
52. Lagu Hati Anak Difabel
Tak tahu entah apa dirasa
isi jiwaku tidaklah sesempurnamu
Kau punyai kebahagiaan lengkap
seindah kemolekan bunga
Ku tahu itu pasti mempesona
bagi siapa saja yang mampu
merasa dan mendayanya
Entah mengapa diri ini
merintih dan mengiba pada keadaan
Keadaan dimana aku tak sesempurnamu
Aku hanyalah sisa kesedihan
di mata orang lain
Banyak orang tak merasuk ke jiwaku
Dalam asa kepedihan ini
Itu karena hanya aku yang mampu mendayanya
Andaikan begitu adanya
irama hati ini akan tetap bersujud syukur kepadaNya
Dan tetap bangkit melawan rintihan jiwa yang menggejola
53. Polusi
Sesak, sesak, dan sesak aku bernafas
Bau asap kendaraan begitu menyelimuti dunia
Banyak sungai telah berteman dengan limbah pabrik
Banyak pula orang menerbangkan sampah kesana – kemari
Mau jadi apa dunia ini sekarang
Semua sudah tak ‘da yang mengerti
Semua sudah tak ‘da yang mau peduli
Dunia serasa sudah tak punya arti
Memang manusia, engkau adalah pembunuh terbesar
Engkau adalah perusak terkuat
Semuanya akan rusak, semuanya akan hancur
Hanya karena satu ulahmu
tidak mau berteman dengan alam
54. Sampah
Begitu menggunung aku melihat kau berada
Baumu menyengat begitu terasa
Muntah, dan muntah aku melihatmu
Kenapa kondisimu bisa seperti itu ?
Memang engkau tidak salah
Memang engkaulah yang benar
Engkau bisa dioalah, engkau bisa dirubah
Engkau memiliki potensi terpendam
Wujudmu memang sampah dan manusialah yang salah
Kau sering di lempar begitu saja
Tanpa dipikirkan, tanpa dihiraukan
Karena manusia senang bertindak tanpa otak
55. Terbanglah Merpatiku
Merpati sayapmu menari merajut awan
Merpati sayapmu putih suci menawan
Waktu terus mengalir bagai bengawan
Merpati teruslah menari, teruslah kawan
Mengapa matamu sayu
Pelan kedipmu terhuyung huyung
Samudera hidup masih merayu
Merpati teruslah, teruslah mendayung
Masihlah berwarna sang pelangi
Masih ada merah masih ada jingga
Masihlah kau harum mewangi
Masihlah aku padamu bangga
Hari esok sedang menunggu
Hilangkan gundah, buang gerah
Merpati bentangkan tawamu
Usir gelisah dari jiwamu
Jangan biarkan angin membawamu
Tunjukkan pada semua wibawamu
56. Kiamat
Kiamat……
Banyak kejadian aneh di muka bumi
Kiamat……
Banyak anak-anak durhaka pada orang tua
Kiamat……
Orang baik sudah tidak ada lagi
Untuk temanku yang sedang termangu
Marilah bersujud di hadapanNya
Mohon ampun belas kasihanNya
Semoga ampunan selalu dalam perlindunganNya
Membawa kita masuk ke dalam surgaNya
57. Tugu
Tugu…….
Engkau menjadi saksi bisu
Kehidupan dulu
Yang belum kutahu
Tugu…..
Tetap kokoh melawan zaman
Yang penuh kekerasan
Jikalau malam datang
Ku ingin sepertimu
Tetap tegar melawan kokoh yang penuh liku
58. Lagu
Kulantunkan tembang rindu
Untukmu sahabatku
Di atas panggungmu
Kumenari dan bernyanyi dengan riang
Penuh damba dan senang di dalam hati
Dengan riangnya kau mengikutiku
Menyanyikan lagu
Indah, merdu dan sempurna
Itulah wujudmu wahai lagu
59. Pak Pos
Biar terik atau hujan
setia datangi penerima khabar
yang menanti penuh harap
Digubuk atau gedung semua pelosok
agar tragis tak berulang
seperti beliung yang memporakporandakan
60. Caturku
Prajurit prajurit telah tertata rapi
Di pagari kokohnya benteng-benteng
Yang melapis tiada henti
Sang kuda telah berpetak
Sang menteri pun memutar otak
Dan semua bergegas tegak
Memetak langkah di kehitaman kotak
Menyibak menendang semak belukar
Menghalau lawan menggapai menang
61. Baris Baris Itik
Itik bercuap wek…wek…wek….
Bertata rapi depan belakang
Mengantri mencari makan
di penjuru sudut penggalan sawah
Sang gembala selalu berpegang tongkat
Mengacung acung memerintah menghalau
Menertibkan hewan berperimata disiplin
Dan apalah manusia menghalau diri
Tidaklah tertib
Begitu lama , begitu menjengkelkan
62. Bersyukur
Alhamdulillãh
Aku diciptakan Allãh
Sebagai sebaik-baik makhluk
Dengan kecerdasan majemuk
Aku diberi amanah Khalifah
Memulai apa saja Bismillãh
Mengakhirinya Alhamdulillãh
Setiap detik ibadah Terindah
Bila besar nanti
Aku ingin menjadi
Orang paling berguna
Bermanfaat ‘tuk manusia
Di dunia bahagia
Di akhirat sejahtera
Masuk Surga
Aman sentosa
63. Rumahku Surgaku
Alhamdulillâh orangtuaku punya rumah
Anugerah Allâh yang Maha pemurah
Tempat kami bersyukur dan beribadah
“Rumahku Surgaku,” sabda Nabiku
Alhamdulillâh Rabb alam semesta
Menciptakan Tanah air Indonesia
Menganugerahkan untuk kita
Agar hidup makmur, sejahtera
Adil, menyembah Allâh Ta’ala
Di Tanahair dan lautan
umbuh ragam sumber kehidupan
Aneka tambang, hutan, dan hewan
Atas rahmat-Nya kita berseru…
“Jadilah Negaraku Surgaku….”
Dari Sabang sampai Merauke
Berjajar 17 ribuan pulau
Itulah Indonesia kita yang kaya
Bersatu, Bhineka Tunggal Ika
“Jayalah Bangsaku Saudaraku….”
64. Burung-Burung
Sungguh indah pemandangan
Langit luas dibentangkan
Tanah subur dihamparkan
Sempurnalah ciptaan Tuhan
Burung-burung terbang bebas di awan
Sayapnya dikepakkan dari dahan ke dahan
Binatang lain merayap atau berjalan
Diberi rezeki Allãh ya Rahmãn
Karena Cinta Allãh kepada Rasulullãh
Ada yang haram dan halal kita makan
Ada yang untuk kendaraan dan pelajaran
Allãh Maha penyayang…. Allãh ya Rahmãn….
Karena Cinta Allãh kepada Rasulullãh
Agar kita pandai bersyukur dan jujur
Sabar tidak kufur dan takabur
65. Dari Ku Sang Ayah
Selamat pagi anak
Ayah hari ini tak bisa banyak
Ayah hanya bisa berpetuah
Padamu agar merubah
Jika anakanda nanti besar
Tutur dan kata janganlah kasar
Janganlah seperti orang sasar,
Hingga banyak orang menaruh gusar
Buatlah lentera hati sang penyejuk
di kedamaian penjuru negri
bersama anakanda bestari
66. Nomorku Satu
Satu..ya..satu…itulah nomorku
Di mana-mana aku pilih nomor satu
Datang harus nomor satu
Peringkat juga harus nomor satu
Bagaikan merpati yang mencumbu
Nomor satu nomor lentera sepanjang kalbu
Siapapun pasti mau
Nomor satu nomor wasiat
Nomor para pelaku makrifat
berbasuh peluh tanpa menghujat
67. Maaf Ku Tak Datang
Matahari kau mengundangku.
Aku takut pergi ke matahari,
Karena itu terlalu jauh.
Bulan kau mengundangku.
Aku takut bahwa saat aku berada di sana
Orang tuaku akan merindukanku,
Dan aku juga akan merindukan mereka.
Bintang-bintang dan planet-planet mengundangku.
Aku takut bahwa ketika aku pergi ke mereka,
Mereka akan menahan aku bersama mereka
Untuk bermain dengan mereka
Dan mereka tidak akan memperbolehkan aku
Untuk pulang ke orang tuaku yang malang.
68. Aku Pasti Bisa
Saat ku menyerah
Aku coba sampai bisa
Saat ku putus asa
Aku coba berlatih keras
Saat aku kebingungan
Kucoba untuk bertanya
Saat aku bersemangat
Semangatku menyala nyala
Kucoba semua
Demi masa depanku
Hasilnya tak terkira
Aku bisa!
Aku bisa
kalau aku berusaha
Apapun yang terjadi,
aku pasti bisa!
69. Rumus Matematika
Tiap-tiap angka
Selalu menghiasi isimu
Tiada angka lepas darimu
Semua melekat seperti keluarga
Terkadang kau rumit bagi kami
Tetapi memang kau patut
di beri jempol
Telah membawa kami ke olimpiade
Terima kasih rumus matematika
Lembar demi lembar kami baca
Keliling,luas,dan volume
Akan kami coba untuk menghafalnya
70. Cenderawasih
Engkau burung dari Sorga
Hidup di tanah Papua
Bulumu indah
Warna warni
Tapi sayang
Engkau sulit dijumpai di alam bebas
Mari selamatkan Cendrawasih
Jangan sampai ia tinggal cerita
Di dunia fana ini
71. Slamat Pagi Tuhan
Ku buka mata dari selimut malam
Kulihat diriku masih suram
Oh..ternyata aku lupa berucap
Selamat pagi Tuhan
Tuhanku Maha Sempurna
Kau bangunkan lagi aku
Di kala mataku masih sayu
Tuhanku Maha Pengasih
Kau beri lagi kami nafas yang penuh kasih
Tak terhingga bagaikan
sang surya menyinari bumi
Tuhanku Maha Segalanya
Kau beri lagi kami jalan
Menjadi manusia sempurna
72. Fatamorgana
Dunia penuh keasyikan
Oh dunia sempurna
Dunia kau tanda tanya
Kau dunia fana
Di sisimu kau fatamorgana
Kau beri muslihat biar kami tertipu
Rayuan-rayuanmu sungguh menyiksa kalbu
Di tempat ini kami mampir minum
Di tempat ini kami celupkan ujung jari kami
Kemudian meneteslah air itu setetes,
padahal kami ambil dari samudra
Kau fatamorgana
Ibarat tetesan embun dengan air samudra
Oh embun sejuk kau lah dunia
Oh samudra engkaulah surga
73. Tana Toraja
Di tana toraja ku sibak
Jutaan adat tak bertuan
Mayat-mayat bergelimpangan
Menunggu tuk di Ma’nene
Di Baruppu kau dimulai
Dari tangan Pong Rumasek
Ku mulai balut tulang belulang lagi
Dengan baju baru kau berdiri
Di iringi ma’badong kau bergoyang
Ku iringi tangis pilu
Dan kau kembali lagi dalam pa’tane
74. Malin Kundang
Malin kau pelak makmu
Kau pura lupa dulu kau dikudang
Hingga kini kau tak lajang
Dengan kawalan sang penumpang
Kau pulang……
Bawa kapal besarmu yang rupawan
Oh mak sungguh bangga..padamu
Tapi kau pura lupa….
Kau anggap siapa makmu ini…
Mak memang lusuh tak rupawan
Memang kau telah bangsawan
Oh Tuhan terkutuklah kau begitu
Kau tak anggap aku makmu lagi…
Jadilah kau batu
75. Upin Ipin
Betul-betul betul kita harus belajar ni Pin
Betul-betul betul kita harus bantu orang ni Pin
Hari ini tahu lah Tuhan bersama kita
Betul-betul betul ayo kita lakukan
Hay..Pin mentari bersinar teranglah
Cahyanya menembus kita
Kesian Pak tani capek panas nye
Dialah semangat pantang menyerah
Ayo kita tirulah
76. Planet Merah
Oh Dewa Perang kaukah di sana ?
Bertemankan Phobos dan deimos
Kau menggurita di kemerahan parasmu
Sayang ku tak bisa ke tempatmu
Kau kah sang mitologi Yunani ?
Warisan Aries dari Zeus dan hera
Oh.. sungguh menyibak kalbu
Dari gubukku kulihat titik merahmu
Begitu merona
Menyimpankan tanda tanya
Di daerahmu Cydonia Mensae
Ku harus cari tahu itu
77. Akulah Si Pemulung
Ku berjalan di atas jutaan sampah
Ku berperang dengan penyakit yang mewabah
demi impian nasi yang melimpah
Ku lawan mentari yang meleleh
Panaskan telapakku……
Di jejak-jejak bau pengap bertaburan
Kotoran lalat
Tak terbayang nikmatnya es krim bertaburan
Ceres yang nikmat
Ku tetap tak peduli
Aku langkah lagi kaki
Menapaki setiap tangga
Di dedaunan sampah
Inilah hidupku, takkan terganti
Sampah adalah temanku.
78. Alarm Tuhan
Tuhan, kapan aku bicara padaMu
Sekarang atau besok ?
Di mana lagi ku kan mengaduh
Bila bukan di tempatMu
Banyak kesakitan terjadi padaku
Hinaan, cercaan ,sindiran bahkan lebih dari itu
Ku hanya diam
Tuhan alarmMu telah berbunyi…
Bolehkah aku meneleponMU
Ku benar butuh bantuanMU
tuk menyingkirkan batuku
79. Tuhan Pasti Marah
Tuhan kemarin aku berbuat dosa
Dari ujung mata sampai ujung kaki
hari ini telah terlibat ,
Tuhanku aku minta ampun
Tuhan hari ini masih saja
Aku ulang lagi dosa yang tlah ku minta ampun
Bahkan itu sengaja aku ulangi lagi
Ku tahu engkau pasti marah padaku
Tuhanku aku minta ampun
Tuhan besok sepertinya dosa itu
Akan bertamu lagi padaku
Oh aku tak kuasa
Tuk menghentikannya
Tuhanku aku minta ampun
Tuhan ….ku mohon, putarkan rodaku
Agar berjalan lurus di jalanMu
80. Lihatlah di sekitar
Kulihat di sekitarku oh itu jalan raya
Kulihat di belakangku oh itu halamanku
Kulihat di depanku oh itu gedung, rumah mewah bertengger
Ku lihat di balik gedung itu ternyata
Rumah temanku yang kumuh
Ku lihat di depanku oh restoran bermenu mantap
Ku lihat lagi di sampingku oh itu
Pejabat sedang makan enak
ku lihat di samping rumahku ternyata
si Adi masih makan nasi aking
81. Jeritan Anak Yatim
Di pagi buta yang menyiksa
Anak kecil berbelas kasih
Menderu mengikis
Mau makan nangis, pada siapa mau pinta ?
Hari-hari selalu dihitung
Dengan jutaan iba
Tak tahu lagi apa yang harus dilaku
Pastilah sentuhan kalbu bergores lugu
yang akan jadi temannya
dari kita untuknya sang anak surga dunia.
82. Indonesia Antariksaku
Di Indonesia ku kulihat bintang bertaburan
Menghiaskan di kala malam
Tak lupa bertemankan raja bulan
Penyinar benderang
Di Indonesiaku satelit palapa
tak bertemankan siapa-siapa
Di Rusia biasa ku lihat hanggar antariksa
Di Indonesiaku ku tahu,
Antariksa juga kan terjadi di sini
83. Diaryku
Diaryku kau lah jujur selalu
Teman sejatiku agar ku tetap lugu
Bersamamu ku lewati
Bersamamu ku miliki
Jutaan impian jutaan tulisan padamu
Diaryku inginku buang bosan-bosan ini
Padamu,
Diaryku inginku beri suka-suka ini padamu,
Ku tahu karena ku yakin engkau
Maha penerima segala isiku
84. Potret Sekolahku
Sekolahku sekolah tak bergedung tingkat
Sekolahku sekolah tak bertembok rekat
Bata-bata yang retak
Langit-langit yang patah
Menemani terus sampai kini
Dan tak pernah terganti
Sekolahku sekolah masa kini
Bila hujan, air menetes membanjiri
Lantai-lantai kuyup
Kertas-kertas dan buku buku layup
Ku belajar bertemankan was-was
Awas sekolah hancur
Awas sekolah runtuh
Oh ku berharap pemerintah mengucur
Dana sekolah yang tak pernah menyentuh
85. Jangan Takut Gelap
Petir telah datang
Suara gemuruh bertemankan kilatan
Juga telah hadir menemani malam ini
Listrik mati ah biasa ….
Malam gelap ah biasa …..
Ku punya lentera berbalutkan ayat Tuhan
Yang merela ,
Menemaniku, mengajarkanku, menunjukkanku
Arah yang terang
86. Layang-layangku galak
Berdiriku di tepi pantai
Tarik tali layangku berlawankan angin
oh..ho..kau ternyata bimbang
Menukik ke kiri ke kanan
Sabarku merawatmu
Naik di keindahan angin
Pelan-pelan dan pelan
Kau kan tenang di atas awan
87. Pembunuh Jalanan
Di kerumunan banyak orang berkumpul
Di tepi jalan itu berhenti mengepul
Asap asap kendaraan
Sejenak tergantikan
Darah berceceran
Pengendara tak mematuhi
Pengendara kebutan
Pengendara lupa diri
Kadang maut bisa saja menanti
Jutaan orang tiap hari silih berganti
Memasuki medan beralas aspal
Kadang pedoman lupa di kepal
Sesal kemudian nyawa melayang
88. Jangan Pernah
Hai…manusia
Hai…alam semesta
Hai…dunia
Hai ….semuanya
Jangan pernah membabi buta
Jangan pernah suka-suka
Semaunya
Seinginnya
Berlau-laku
Ingat diri , ingat hati, ada Tuhan
89. Balada Anak Jogja
Jogjaku jogja berbudaya
Jogjaku jogja punya semua
Warisan melegenda
Budaya anak bangsa
Tutur susila ber edi peni
Mewarisi leluhur berdikari
Sopannya jogjaku
Luhur pada semua
Berpredikat istimewa
Bocah membara membakar lara
Sekuat api yang menyambar
Sukuat air yang menyiram
Tak berkurang sampai hari kelam
90. Mataku Buta
Ku kecil juga sudah begini
Dunia terang , dunia gelap
Semua sama saja bagiku
Satu yang beda adalah kalbuku
Aku memang tak lihat
Aku memang tak bisa tunjuk
Apa lagi jalan langsung
Bagaikan diri berpasung
Tapi tidaklah apa,
Lebih baik ku tak tahu dunia yang hitam
Lebih baik ku tahu dunia yang kejam
Bersyukur ku buta, ku meraja
di kegelapan
Yang buatku tak punya dosa di penglihatan
91. Memutar Otak
Tuhan kau karuniakan barang terindah
Bawaan tubuh maha penggugah
Oh satu-satunya barang mewah
Yang tetap singgah di tempatku
Kadang kau kuputar
Sesekali juga aku kesal, kau tak jalan
Tapi ku bangga karna kupunya
Kau wahai otakku
Alat paling cemerlang
Bagaikan resep paling cespleng
Yang siap membasmi penyakit yang meraja
92. Pengamen Kecil
Batang tubuhku sebenarnya tak kuat
tuk menahan teriknya mentari
di tiga lampu berwarna ini
Ku ikhlaskan saja
tuk petik dawai-dawaiku lagi
Demi nasiku hari ini
Demi perutku hari ini
yang kroncongan
Ku mau minta maafku hari ini
Tuk para raja jalanan
Yang berbelas kasihan
Memberiku uang jajan
Doaku Tuhan menyertaimu
Maaf ku, aku terpaksa meminta kepadamu
93. Sipadan Ligitan
Di perbatasan garismu
Aku sayu mendengar beritamu
Lepas dariku, kau kini telah pergi
Berjuta kenangan, kemasyuran
Telah tergantikan
Kemolekanmu , keindahanmu
Kini bukan milikku lagi
Kau telah pergi untuk selamanya di negri orang
Ku juangkan kau di negri seberang
Tapi tetap saja kau menyeberang tuk berperang
Kini kau tinggal kenangan
Di negriku kau kan tetap menjadi
Warisan cerita yang berkesudahan
94. Haloo..Pramuka
Di tempat ini ku berlatih
Di tempat ini kusingsingkan
Mengangkat kaki bergandeng tangan
Bersama temanku yang riang
Patriot berbaju coklat
Praja muda karana
Di tempatmu beranjak
Mengambil sibak , bermodalkan tali simpul
Aku kini kan rangkul jutaan siswa
berprestasi di Indonesia
95. Pearl Harbour
Pearl Harbour kau malapetaka
Pearl harbour kau yang pertama
Menahan segala guncangan dunia
Menjadikan sakura datang ke Indonesia
Di tempatmu kami menyibak
Jutaan benderang yang tenggelam
Oleh peluru-peluru tajam
Kau membabi buta
Jet-jet tempur meraja lela
Membombardir pangkalan maut
Yang masih bertuan,
Kau kini hancur lebur
Sang negri mentari pun
Akhirnya datang menipu kepadaku
96. Nippon 3 A
Oh negri matahari
Oh negri sakura
Kau buat ulah apa lagi
Tuk menarik hati kami ?
Apa kami harus percayaimu ?
Kau katakan kau pemimpin asia
Kau katakan kau pelindung asia
Kau katakan kau cahaya asia
Padahal kau peras tenaga kami
Bagaikan kuda tak berjalan
Mati kelaparan , di roda-roda rel
kereta api
97. Ku Mengaku Kalah
Akhirnya
Saat itu tiba
Setelah perjalanan sangat panjang
Yang tak pernah kuanggap sia-sia
Aku kini akan berkata
“Iya, aku mengaku kalah”
Tunggu dulu
Aku kalah di laga ini
Tapi aku belum menyerah
Masih banyak pertandingan lain yang menunggu
Dan aku akan ikut beradu
Aku sadar
Jalan ini sudah buntu
Tapi tunggu
Masih banyak jalan lain yang terbuka
Yang akan membawaku ke puncak sana
Aku mengaku kalah
Tapi maaf
Aku takkan menyerah
98. Sang Generasi Arsitek
Kita anak bangunan
selalu menjadi yang terdepan
kenakalan adalah kewajaran
tapi shalat tak pernah kita tinggalkan
Kita generasi arsitek
yang kan selalu menguasai iptek
ilmu kita sudah tak gaptek
juga tidak jutek
solidaritas kita junjungkan
tak membatasi sebuah perbedaan
hidup penuh dengan kesetiaan
pada kawan dan juga pekerjaan
Disiplin selalu kita terapkan
sebagai panutan generasi mendatang
kedamaian kita ciptakan
hapuskan segala perbedaan
Glosarium
Bergeming =berbunyi
Bergolak = berperang
Berkejora = bermunculan
cambuk-cambuk = pukulan-pukulan
goni = sarung sabut
gusar = cibiran, prasangka
gerilya = perang malam
gemelegar = letusan
Kilatmu =cahayamu
Khalifah = utusan
Ma’nene = lagu tradisi tana toraja
Menorah = menapak
Merajut = membuat
pa’tane = tempat peti batu
rodhi = kerja paksa belanda
sasar = sesat
terpengarah = terkejut
terhuyung huyung = tertatih-tatih
terhampar = tersebar
Filed under: puisi anak sd, puisi untu tuhan, semua tentang puisi | 51 Comments »