Menjurnalismekan Para Guru

Guru adalah sosok yang dianggap penuh multi talenta. Anggapan tersebut memang selayaknya membuat guru semakin tanggap . Pasalnya di zaman yang serba canggih ini arus informasi begitu pesat dan mau tidak mau akan mengundang sejuta pertanyaan pada para guru. Dimanakah fungsi guru dalam menelan informasi, Bagaimana menyeleksinya ke public , dan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan ? Apakah bahasa lisan guru yang lancar seperti air sungai itu mampu tertuang ketika diharuskan menulis ? tentu semua itu akan terjawab ketika kedigdayaan guru teruji dalam surat kabar atau media masa. Guru multi talenta memang sangatlah berat, apa jadinya bila embel embel sertifikasi di benak masyarakat muncul, memunculkan pertanyaan adakah guru bersertifikat profesional yang mampu menuangkan buah pikirnya dalam bentuk tulisan ? masyarakat juga sudah tidak bisa dibohongi lagi, apalagi setelah kedapatan kasus PAK palsu yang menodai dunia guru, tentu hal itu adalah jawaban ketika guru hanya menutupi keprofesionalannya dengan hasil karya yang palsu. Lantas untuk menjawab keadaan seperti itu apa sebenarnya yang harus di lakukan oleh para raja pendidikan itu ? Seperti di beritakan ( KR ) Minggu 5 April 2009, bahwa para guru mengadakan kunjungan pers ke Redaksi Kedaulatan Rakyat. Dibawah bimbingan Dinas Pendidikan dan Olahraga para guru melakukan tugas lapangangan untuk melihat dunia pers yang sesungguhnya.Mereka disuguhi bagaimana sebenarnya sejarah dan proses jurnalistik berlangsung. Sudah seharusnya memang para guru dibukakan jalan untuk melihat lebih dalam seluk beluk penulisan dan proses pengemasannya. Para guru memang perlu diberikan bimbingan dan teknis pelaksanaan penulisan yang kreditable.Seperti di ketahui bahwa, fungsi kepenulisan bagi guru sangatlah besar. Hal ini dapat terlihat ketika para guru diharuskan menulis untuk naik tingkat dari gol.IVa ke IV b, atau seterusnya maka tak sedikit para guru itu yang mengundurkan diri. Dari data yang ada memang banyak guru yang telah menulis, tapi guru yang menjadi penulis barulah dalam hitungan jari. Fungsi guru penulis memang sangatlah besar selain sebagai penghindar pemalsuan PAK juga bisa untuk menaikkan kredibilatas dan martabat guru, simak saja nilai yang ditawarkan berikut ini bila kita sebagai guru penulis. Untuk makalah yang berisi ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang pendidikan, kisarannya adalah sebagai berikut : bila dimuat dalam majalah ilmiah (angka kreditnya 4), tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku (angka kreditnya 7), dalam bentuk makalah tidak dipublikasikan , tetapi didokumentasikan perpustakaan sekolah (angka kreditnya 3,5) Sedang untuk karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan atau evaluasi di bidang pendidikan, dalam bentuk buku dan dipublikasikan (angka kreditnya 12,5), dalam majalah ilmiah yang dipublikasikan (angka kreditnya 6), tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (angka kreditnya 4) Selain itu seorang guru yang sudah mampu menulis buku maka akan diberikan nilai sebagai berikut : bertaraf nasional (angka kreditnya 5), bertaraf provinsi (angka kreditnya 3), diktat pelajaran (angka kreditnya 1), karya terjemahan buku pelajaran atau karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan (angka kreditnya 2,5).Angka kredit tersebut diperuntukan bagi perseorangan. Bila kelompok, maka penulis utama mendapat 60% dan penulis pembantu mendapat 40% dan dibagi rata yang jumlahnya tidak lebih dari 5 orang ( sumber : http://susilawati.wordpress.com/ ) Sudah saatnya memang para guru sadar bahwa niat dan minat menulis selayaknya membumi dan dilakukan tanpa ada paksaan sehingga bisa menghasilkan buah karya yang patut di acungi jempol. Zaman milineum memang sudah sepantasnya menjadikan media bagi guru dalam berburu informasi dan memulai untuk menulis. Pemerintah dan berbagai agen pendidikan sudah selayaknya mengakomodir para guru agar “take and action” dalam menulis. Berat memang, namun tak bisa dipunkiri seorang guru harus dan pantas dalam mendapatkan pembekalan dasar jurnalistik. Para penyelenggara pelatihan memang sudah saatnya memotivasi penuh para guru. Pasalnya dalam hal ini penulis merasa sangat termotivasi setelah tahu dan paham akan fungsi dan proses jurnalistik sehingga bisa menghasilkan karya yang bernila tinggi. Dan pada akhirnya apabila berbagai pelatihan jurnalistik bagi guru banyak bermunculan dan sudah membudaya maka sudah dipastikan akan lahir penulis penulis handal yang benar-benar dari guru.Para guru juga akan melebihi dan menjadi penulis penulis terkenal yang sebelumnya dicap tidak bisa menulis. Disamping itu kasus PAK palsu dan kasus kasus pendidikan dari dunia guru lainnya diharapkan bisa berkurang bahkan lenyap dari dunia ini.

Oleh : Akhid Heru Prabawa,A.Ma. Guru SD di daerah  Jl.Monjali, Mantan Peserta Diklat Jurnalistik Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY Tahun 2009


Tinggalkan komentar