PUISI ANAK SD

KUMPULAN PUISI DI BAWAH INI adalah puisi yang saya coba kirimkan di sibi.or.id, dalam lomba penulisan pengayaan untuk guru. Memang puisi di bawah ini masih perlu kritik dan saran , karena belum sempat menang dalam sayembara itu .

BUKU KUMPULAN PUISI

JUDUL        : BINTANG MASA DEPAN

PENULIS    : AKHID HERU PRABAWA

INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SLEMAN

1. Pena Hitam

Ayam mencuat kokok di kala pagi

Sang mentari bangun meyejukkan hati

Membawa daku ingin mandi

Hasrat pun tak terbendung

Membawa maksud untuk mengepung

Berbagai ilmu yang menggunung

Ke sekolah daku berangkat

Tak lupa tas aku angkat

Pena hitam pun ikut mangkat

Dan kugoreskan dengan singkat

Daku ingin dapat cepat

Tidak mau dengan lambat

Pena hitam mengubah nasib

dengan makrifat.

2. Sepak bola

Begitu senang aku bermain

hingga waktu sampai aku lupakan

Berlari, menyerang, menyerbu lawan

membawa bola lari masuk ke gawang

Oh, sepak bola siapa gerangan engkau mencipta

Keberadaanmu membawa angin segar dunia

Semangat didalammu membawakan kobaran gelora

Oh, sepak bola apa dikata engkau tiada

dunia sepi!, sunyi !, suram !

bak kota mati yang ditinggal pergi

3. Sajak Untuk Tidur

Hai kawan waktu sudah beranjak malam

Ayo kita tidur, mata sudah mulai sayu

Sang mata sudah berbisik berkata

pejamkan aku, aku mau tidur teman !

Bersiaplah untuk berlomba esok hari

Pak guru sudah menanti

Ilmu baru pun akan di dapati

Selamat tidur kawan, pejam, pejamlah sang mata.

Besok kita akan bertempur

4. Sepertiga Akhir Malam

Kubuka pintu depan rumah

Kusaksikan langit begitu berkilauan

Dihiasi gugusan bintang

Hati pun nampak senang

Sungguh udara dan pikiran begitu lengang

Di sepertiga akhir malam

Kulawan dan kukalahkan udara dingin

Air wudlu pun menembus membasahi kulitku

Dalam sujudku kupanjatan doa kehadiratMu

Jadikanlah bangsa ini,

Bangsa yang aman ,tenteram

dan sejahtera

Bangsa yang menghidupkan

akhir sepertiga malam itu

5. Taman Surga

Saat tatapan mata memandang lepas

Wujud ciptaanNya di dunia

Berdegup hati ini berkata,

Sungguh mempesona tak ada duanya

Ku bayangkan dan kuresapi siapa gerangan

Membuat sama sedemikian rupa

Hati semakin berdegup seraya menangis

teringat dan terngiang, seperti apa

taman surga berada

Meratap dan menangis kembali hati ini

Mengingat janji Tuhan

Hanyalah mereka manusia pilihan

Yang jauh dari perbuatan nista dan angkara murka

Yang akan menjadikan mereka penghuni taman surga

kekal selamanya

Oh, Tuhan walau seribu jalan berliku

Berikanlah petunjukMu pada langkah kaki ini

Agar hambaMu termasuk ke dalam golongannya

6. Mentari

Hai mentari pagi

Hari ini kau datang tampak cerah sekali

Engkau datang tiap hari

Untuk sumber energi pribumi

Semua orang berlari pagi

Untuk menyehatkan diri

Tanpa kau, hai mentari

Di seluruh bumi ini

Akan mati tiada lagi

7. Pengemis-Pengemis Kecil

Ditengah persimpangan warna warni

Di banyak kerumunan besi berasap

Tersaksikan tangan tangan kecil menengadah

Meminta belas kasihan pada sang raja jalanan

Bertalu talu berada di bawah mentari

Menahan hausnya rintihan hati

Mengharap ada yang memberi

Tak pernah lusuh walau dilakukan setiap hari

Sungguh, membenakan hati dirimu itu terlukiskan

Namun siapa gerangan bisa berbuat

Tuk’membalikkan telapak tangan

tentang keberadaanmu itu berada

8. Indah Nian Desaku

Kulihat sawah membentang
Warna hijau bagai permata alam
Ku coba telusuri jalan
Akankah tetap begitu ?
Kuingin tetap begini
Terlihat apa adanya
Kuingin tetap begitu
Terlihat kenyataannya

Mentari mulai tenggelam
Dan…akupun tetap disini
Menikmati alam yang ada
Anugrah dari yang kuasa

Oh…..alam desaku
……aman dan damai

Oh…..alam desaku
……lestarikanlah

9. Berteman Dengan Gempa

Seribu jalan di bumiku itu telah merekah

Laut pun juga ikut tumpah

Manusia Indonesia menggeliat

Menggeliat ke angkasa dan ke dalam bumi

Rumahpun ambil bagian tuk beterbangan

Bagaikan burung yang mengangkasa

di udara lepas

Nuansa jauhari bumi Indonesia pun

menghilang ditelan kejamnya keuatan alam

Apa yang akan kau tangisi ?

Bila memang begitu adanya

Apakah bubur itu

bisa kau jadikan nasi ?

Tidak !, Sang Khalik memang sudah

menakdirkan semua harus terjadi

agar kita bertaulan, dan tidak berseteru

dengan Sang Gempa.

10. Berguru Pada Semut

Hitam, merah berjalan merayap

Menyelinap mencari celah

Mencari makan.

Hitam dan merah tak pernah gerah

Menjunjung makanan bersama sama

Membawa masuk ke istana raja.

Berpesta bersama dalam semangat

yang tetap mempesona.

11. Istana Langit

Memandang ke angkasa lepas

biru,putih bahkan abu-abu

warnamu menampakkan

Tak terbayang jika manusia

berpijak di atasnya

Apa yang akan dirasa,

senang, gembira pasti bahagia disana.

Memang manusia tak berhak tinggal

Apalagi tidur di istana langit

Hanya Tuhan sang pencipta alam

Yang menguasai jagad raya,

Yang bersemayam didalamnya

Untuk mengatur kehidupan ini

sampai kiamat nanti tiba

12. Andaikan Boleh Meminta

Teringat pesan ibu di hari minggu

saat bus aku tunggu

Dik, jika ayah pulang

kamu ingin apa ?

Aku tidak menjawab, diam

Dik, kamu mau apa ?

Aku masih diam, tak menjawab

Dan ibu pun bosan bertanya

Saat duduk di atas bus tua yang pengap

Aku tetap tak menjawab

Aku hanya bicara pada ibu aku ingin

belaian kasih sayang ayah dan ibu

sampai matahari terbit dari barat

13. Dialah Batu

Besar, kecil,hitam dan putih

engkau menampakkan

Orang akan memukulmu bila kau

membangkang

Dan kau dilempar ,bila orang itu kesal

Sungguh malang keberadaanmu

Hanya tukang batu yang mengerti kamu.

14. Sinar Mentari Pukul Sepuluh Pagi

Pukul sepuluh pagi aku berdiri
berjalan dan lalu berlari,
di bawah sinar mentari.

Panasnya menusuk kulitku,
dan menyilaukan mataku,
namun tenang menembus hatiku.

Ingin ku utarakan semua
biar dunia tahu,
aku bangga sebagai makhlukNya!

Terima kasih,Tuhan
Kau masih biarkan aku terbangun hari ini
Kau masih ijinkan hidungku bernafas hari ini
Kau masih memberikanku hidup hari ini
Sehingga aku masih dapat menikmati

karuniaMu yang terindah

dalam permata yang terus bersinar

15. Aku ingin sehat

Badan kurus kering kerontang

tak nafsu makan

Bagaikan bunga-bunga kering

yang beterbangan

Pagi hari yang indah

Harus bangun tanpa gundah

Tinggalkan kelana

Memutar badan berolahraga

Minum dan makan membahana

Menggapai tubuh sehat maha sempurna

16. Puzzle Ajaib

Di tempat teduh nan rindang

bersama teman ku belajar

Bila ku bosan dan lelah

Puzzle ajaib ku mainkan

Memutar otak ke kiri dan ke kanan

Meski pusing namun asyik

dan pintar ku dapatkan

Puzzle ajaib teman baik ku

Selalu setia menemaniku

Dalam langkah langkah kecilku

Menggapai impian yang masih

saja termangukan

17. Mendera Sakit

Dua bersaudara laki –laki semua

Meratap kepedihan di tengah perjalanan usia

Tak menahu kenapa tidak terjadi pada semua

Menahan keluh setiap saat

Karena hidup bersemayam menyatu

dengan mala yang tak kunjung sirna

Dia mengerti bahkan memahami

Tuhan adalah adil dan tak akan

menyirnakan harapan di batas sisa umurnya

yang terus berjalan

Keinginan satu yang terus merayap di tubuhnya

Dia tak ingin terlalu lama

berseteru dengan mala itu

Bahkan tetap meminta

mohon syafaatNya

tuk menjulangkan citanya

di atas sisa umur yang terberi

18. Irama Nusantara

Meliuk, membentang, dan menggejola

Perihalmu menampilkan

Pabila satu, pabila dua, pabila tiga

Itu pastilah berbeda

Sedikit orang yang memperlihatkan

Apalagi mengerti perihalmu beda itu

Tak sedikit darah yang ditumpahkan

ataupun harta dikobarkan

Tuk menebus gejolak iramamu itu

Memang hanya satu yang dapat

meredam ,meluluh, bahkan menyirnakan

Pabila persatuan tertancapkan di irama nusantaramu

19. Lurus Tajam

Berkelok-kelok itu
pasti ada yang ke kiri dan ke kanan
Namun bila lurus
takkan pernah menemuimu
baik kiri maupun kanan
itulah hendaknya ditempuh
Singkat, cepat, dan ringan,
Lakukanlah bila ingin menemui-Nya

20. Puisi Dari Bunda

Bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku
Tapi semakin lama kuamati
Seyuman bunda adalah puisi
Tatapan bunda adalah puisi
Teguran bunda adalah puisi
Belaian dan doanya adalah puisi cinta
Yang disampaikan padaku
Tak putus putus
Tak putus putus
Bahkan bila kutidur

21. Tuhanku Aku Mengadu

Aku kecil di kala dulu berada

Tak satupun tahu hasrat yang kusimpan

Di saat waktu terus berputar

Di kala usia bertambah angka

Tuhan bolehkah aku bicara padamu ?

Sekarang aku sudah besar

Detik demi detik kulewati bersamaMu

Senang dan sedih kulalui dengan mengenalMu

Tuhan aku punya hasrat

HambaMu punya timbunan cita –cita

Wujudkanlah di kala aku besar nanti

Tuhan, ku percaya engkaulah pengatur jagad raya

penentu segala takdir ini

22. Mu’jizat Di Atas Doa

Segudang harapan manusia

tersimpan dalam kata – kata

Terpanjatkan bersama untaian suara

yang berisi harapan tuk kehidupan

Untukmu para siswa Indonesia,

untaian harapanmu tersimpan dalam doa.

Terus dan teruslah berdoa

mendekatlah kepada sang pencipta

Kuasa ada bersamaNya

Tak perlu kau resah

pabila harapan tidak terwujudkan

Janganlah berputus asa dan tetap berdoa

karena doa adalah mu’jizatNya

23. Alamku Surgaku

Zamrud khatulistiwa, kau adalah surga

Fenomena alam Indonesia begitu menawan

Orang Arab sering berkata

oh Indonesia, ini adalah surga dunia,

tempat tak ada dua di dunia

Namun mengapa alam surgaku mulai hilang

mulai terkikis oleh hingar – bingarnya dunia

dan juga kejamnya nafsu manusia

Oh Tuhan janganlah kau ambil alam surgaku

dan sadarkanlah kami untuk membelainya dengan penuh kasih sayang

24. Alam

Mengapa engkau tak tersenyum cerah

Manusia, hewan, tumbuhan

menantimu setiap nafas

Alam, janganlah marah

janganlah engkau bosan

Engkau tempat berpijak semua makhluk.

Alam janganlah kau enggan bersahabat

dengan semua makhluk

terutama manusia di dunia

Kalau memang manusia berbuat dosa

tunjukkanlah yang terbaik ya Allah.

Mohon ampun segala dosa….

Bencana gempa di mana-mana

Membuat manusia harus ingat kepadaMu

25. Kemerdekaan Indonesia

Aku bisa tertawa

Aku bisa bergaya

Aku bisa berpesta

Aku bisa tamasya

Karena Indonesia telah merdeka

Kemerdekaan yang mahal harganya

yang tak dapat diukur dengan harta

sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua

Kini kewajibanku sebagai anak bangsa

Belajar tekun untuk membangun bangsa

Agar nanti menjadi negara yang kaya raya

Aku ingin….

Pahlawan yang telah gugur dahulu

dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia

Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya

26. Kekeringan

Di daerahku mengalami kekeringan

Pepohonan mulai layu dan daun berguguran

Debu-debu beterbangan

Orang orang pun kebingungan

Pohon besar di hutan sudah jarang

Air hujan pun menghilang

Terjadilah kemarau panjang

Di sana sini mencari air

Kami bersyukur punya sumur masih air

Orang-orang datang untuk meminta air

Kuberi dengan ikhlas lahir batin

Itu anugrah dari Sang Maha Adil.

27. Rumah Impian

Rumahku……

Sawah hijau terbentang luas

Gunung-gunung menjulang tinggi

Yang selalu menemaniku di kala pagi

Rumahku …..

Sungai nan jernih sungguh mempesona

Padang rumput penuh canda ria

bocah-bocah gembala

yang selalu membuatku terpesona

Namun…..

Kemanakah rumahku itu ?

Hilang dalam waktu sekejab

Berganti dengan pabrik-pabrik penuh asap

Oh…. Apa ini hanya impian ?

Walaupun ini hanya impian aku tetap akan terpesona

28. Cahaya Dunia

Di tengah kegelapan yang gulita

Di antara orang-orang yang merambat mencari pegangan

Di tengah orang tak tahu arah tujuan

Di antara gulung-gulung ombak samudra yang siap

menenggelamkan.

Datanglah dewa penolong tepat saatnya

Gemerlap sinar membahana ke seluruh dunia

Kegelapan dunia sirnalah, berganti remang-remang

dan kini jadilah terang benderang

Kini semua orang jadi tahu

mengapa, untuk apa, dan dari mana hidup ini terjadi

Semua orang akhirnya hanya bersujud di hadapan Illahi

yang telah menciptakan langit dan bumi

Terima kasih para kyai yang telah mengajarkan kitab suci

Terima kasih para bapak ibu yang sabar mendidik kami

Terima ksih orang tuaku yang kujadikan teladan sejati

Kaulah penerang duniaku yang abadi

29. Bangunlah Ibu Pertiwiku

Kami saksikan suasana luka lara

menerpa Ibu Pertiwi

Kami tak habis pikir

Apa gerangan engkau bersedih

Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan

begitu mencemaskan

Kami tahu kami begitu durhaka

Tak pernah berbakti kepadamu

Kerusakan, perpecahan, pertikaian

,banyak kami lakukan

Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta

Selagi engkau masih mau menerima

Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,

dan menyaksikan engkau bangun

melawan keruntuhan itu

30. Bintang Masa Depan

Di tengah keheningan malam

Suasana begitu kelam dan mencekam

Terpancar pesona menawan

Seindah taman surga

Di malam itu kau tidak tidur

Kau hidup penuhi pesona langit

Terangi hamparan bumi

Keindahan dan kekuatanmu

Begitu sempurna menawan hati

Mencerahkan duka setiap insan

Andaikan aku bermimpi di kala itu,

perbolehkan aku bermimpi

untuk menjadi sepertimu

wahai sang bintang

31. Suara Hati Untuk Bangsa Penjajah

Menangis pedih hati ini teringat

Merintih perih jiwa ini terngiang

Masa masa di mana semua orang tak punya kebebasan

Hari –Hari di kala semua tercengkal oleh aturan kejam

Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu?

Apakah engkau tidak mempunyai mata hati ?

Dimana sebenarya rasa kemanusiaanmu berada ?

Sungguh kejam kau perbuat waktu itu

Manusia kau perlakukan seperti binatang

Kau pekerjakan paksa orang – orang tak berdosa

Mereka menangis, merintih , dan menahan keluh

Dan kau diam saja lagi senang

Memang,sudah sepantasnyalah engkau binasa dari muka bumi ini

32. Candi Borobudur

Hamparan susunan batu tertata apik

Pahatan dan ukiran terbaik dari orang orang terpilih.

Tak berbelok mata ini menatapnya

Reliefmu begitu melegenda

Oh, nenek moyangku sungguh kekuatanmu maha hebat waktu itu

Kau torehkan tanpa pamrih usahamu

Kau bangun peninggalan sejarah itu untuk keindahan dunia

Kini kusaksikan hasil keikhlasanmu itu

ada di depanku

Terbesik dalam hati menyentuh stupa-stupamu.

Sungguh warisan usahamu begitu membekas

Semangat gotong royongmu bak kehidupan kerajaan semut

Dan saatnyalah kini kau berikan contoh

Kau berikan tauladan

Agar kami bangkit membangun negeri ini

33. Ayo Membaca

Sesobek kertas telah diberikan

Seuntai tulisan juga berada di dalamnya

Duhai anak yang malang

Kenapa engkau diam saja ?

Kenapa kertas itu hanya kau simpan ?

Sungguh banyak harapan terpendam

Ilmu maha luas telah tertuliskan

Namun sayang kau malas membaca

Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang

Sungguh dunia telah berkata,

Kau ingin tahu isiku ?

Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ?

Malang beribu malang kau malas membaca

Duhai anak yang malang

Bangkitlah sekarang

Wawasan luas telah menantimu

Lawanlah jiwa kotormu itu

Tuk mencapai impianmu

34. Surat Tuk Bapak Presiden

Hari ini Indonesia merintih

Berita demi berita hanyalah berisi kepedihan

Begitu banyak rakyat menderita

Sungguh berat beban hidup ini

Bapak presiden kenapa sekolah ini mahal ?

Kenapa banyak rakyat miskin tak bisa bersekolah

Kenapa sembako dan BBM merangkak naik

Sungguh pilu hati ini melihatnya

Bapak presiden marilah kita gandengkan tangan,

Rekatkan barisan , ambilah jalan yang terbaik

Berilah kemudahan bagi siswa – siswi Indonesia

Berilah kelapangan bagi rakyat – rakyat miskin

Bapak presiden kami kan bersatu,

tapi kuasa ada di tanganmu

35. Sinar pelangi

Kulewati jalan setapak menyusuri pantai

di kala pagi buta meninggalkan bumi

Kala itu gerimis kecil pun datang

Datang menemani sang mentari bangun

Aku lihat di seberang ufuk timur

Bersama dinginnya tetesan embun

Sinar pelangi melingkar merangkul menyinari bumi

Betapa elok nan indah Tuhan kau ciptakan

Tak ada dua bentuk yang menyamainya

Sinarnya menorehkan hiasan langit di kala pagi

Mengajak manusia menatap indah dunia

Menggapai hasrat mencapai mimpi

36. Manusia Sabang dan Merauke

Ketika menunjuk ujung barat Indonesia

Ketika menunjuk ujung timur Indonesia

Mata ini tak lepas lepasnya membelalak

mengikuti putaran irama yang sedang membiak

Megah memang di sebelah barat

namun lusuh mungkin di sebelah timur

Lurus mungkin disebelah barat

namun keriting tapi di sebelah timur

Apa mau dikata dan siapa mau menyangka

Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam

Namun Indonesia adalah abu-abu

Dimana putih telah tumpah dengan hitam

37. Kota Pendidikan

Di tempat ini kami lahir

Di tanah ini kami besar

Sejarah bicara dan kami menyaksikan

Kau tumbuh dengan timbunan pengalaman dan pengetahuan

Dan kini kau wariskan pada kami anak bangsa

Kota budaya, kota etika, kota pendidikan

tersandangkan di tanahmu

Bendera kalimat itu sulit

memang dipertahankan

Kini tersaksikan hanya segelintir saja

yang berkibar di udara

Apa ditanya ?, mengapa ini terjadi dan berbalik nyata ?

Manusia Jogja ada dimana ?

38. Lagu Hati Anak Difabel

Tak tahu entah apa dirasa

isi jiwaku tidaklah sesempurnamu

Kau punyai kebahagiaan lengkap

seindah kemolekan bunga

Ku tahu itu pasti mempesona

bagi siapa saja yang mampu

merasa dan mendayanya

Entah mengapa diri ini

merintih dan mengiba pada keadaan

Keadaan dimana aku tak sesempurnamu

Aku hanyalah sisa kesedihan

di mata orang lain

Banyak orang tak merasuk ke jiwaku

Dalam asa kepedihan ini

Itu karena hanya aku yang mampu mendayanya

Andaikan begitu adanya

irama hati ini akan tetap bersujud syukur kepadaNya

Dan tetap bangkit melawan rintihan jiwa yang menggejola

39. Sepeda Tua

Di kala pagi telah mencuri malam

Sepeda penuh karat berkata

adakah dikau mau mengayuhku ?

Aku butuh semangatmu

Rodaku telah menantimu

tuk mengantarkan nalurimu

kemanapun engkau ingin

Jika jiwa itu telah pudar

Bila hatimu itu sudah tidak merasa

Apa diri akan kau temui nanti ?

Tersaksikan oleh bisinngnya dunia

Manusia telah enggan merengkuh rodaku

Dan aku kini telah terasingkan

Tergantikan dengan teman barumu yang bernama mesin

40. Seperti Bintang

Kutatap langit nan berkilau di kala malam

Kusaksikan gugusan bintang begitu bercahaya

Cahayanya begitu indah

Sinarnya sungguh menggugah

Oh, Bintang daku ingin seperti dikau

Menjadi pelita terang di kala gelap

Membuat penyejuk hati untuk setiap insan

Oh, Tuhan sungguh kuasaMu begitu sempurna

Engkau ciptakan hiasan maha sempurna

Sebagai pelengkap dunia di kala kelam

Sebagai permata berlian bagi setiap mata yang memandang

Oh, Tuhan izinkanlah aku bersinar seperti bintang

41. Air Hujan

Engkau turun secara perlahan – lahan

Butiranmu bisa kecil dan juga besar

Suaramu begitu nyaring merasuk telinga

Kadangkala engkau adalah teman manusia

Teman di kala duka,teman di kala suka

Permatamu bisa menyegarkan tanaman

Tapi bisamu dapat menggegerkan dunia

Di saat manusia rakus terhadap hutan

Hutan dijadikan gundul,

bak Pak Ogah berkepala botak

Saat itu engkau turun sesukamu

dan tahu rasa manusia saat itu

42. Terima Kasih Ayah

Kau yang sempat kulupakan

yang sempat terabaikan

Tak pernah ku memikirkanmu

Bukan maksud hati mengutamakan Ibu

Memang Ibu telah mengandungku,

telah menimangku hingga aku besar

Namun tetap engkau yang berjasa seperti Ibu.

Tiada engkau aku tidak bersekolah

tak bisa membeli makanan

adik pun tak bisa beli mainan

Oh, Ayah jasamu sungguh besar

sama seperti Ibu yang telah mengasihiku

Satu kata sekali lagi terima kasih ayah

tetaplah semangat bekerja,

ku menyayangimu.

43. Serdadu Proklamasi

Terngiang – ngiang sudah

Puluhan tahun begitu membekas

Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang

Tidak pernah terpikirkan

Apa jadinya bila serdadu itu hilang

Proklamasi tidak akan menggema

Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu

menorehkan barisan berapi – api

Perjuangan itu menjalar hingga sekarang

Kobaran nasionalismemu

membawa bangsa ini hingga merdeka

Oh, serdadu proklamasi

maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu

tersendat bagaikan kereta yang macet

44. Alamku Tidak Kaya Lagi

Tidak habis pikir mata ini memandang

Pesona keindahan alam begitu terbentang

Barisan bukit – bukit nampak begitu indah

Bentangan samudra nan kaya hasil laut,

hamparan hutan begitu menyegarkan udara

Namun kulihat kini dimana keberadaanmu ?

Kenapa engkau semakin tiada

Hutan – hutan banyak yang digunduli

Laut – laut banyak yang tercemar

Kawasan persapan banyak dijadikan perumahan

Apakah memang bumi Indonesia telah rusak ?

Wahai manusia Indonesia, Ada apa dengan sikapmu ?

Kenapa kau di luar batas ?

Perilakumu begitu menghancurkan alam ini

Lihatlah, tataplah dan pandanglah

Alam Indonesia kini sedang bersedih

45. Kapal Layar

Dunia begitu luas membentang singgasana

Begitu bingung kita berjalan bila tidak tahu arah

Luas bentangan samudra ombak menerpa

Kapal layar merangkak mengikuti arus

Banyak orang berada di dalamnya

Begitu banyak bawaan di angkutnya

Layarmu telah dibentangkan

Anginpun siap menerpa membawamu pergi

Nahkoda pintar telah berada bersamamu

Hanya satu pesan sang ombak

Perbaharuilah kapalmu

karena aku akan terus menerjangmu

46. Polusi

Sesak, sesak, dan sesak aku bernafas

Bau asap kendaraan begitu menyelimuti dunia

Banyak sungai telah berteman dengan limbah pabrik

Banyak pula orang menerbangkan sampah kesana – kemari

Mau jadi apa dunia ini sekarang

Semua sudah tak ‘da yang mengerti

Semua sudah tak ‘da yang mau peduli

Dunia serasa sudah tak punya arti

Memang manusia, engkau adalah pembunuh terbesar

Engkau adalah perusak terkuat

Semuanya akan rusak, semuanya akan hancur

Hanya karena satu ulahmu

tidak mau berteman dengan alam

47. Harimauku

Begitu kencang, tegas, dan kuat cengkramanmu

Menelusur luas nuansa hutan belantara

Tak pernah suram ataupun galau dengan rintangan

Kau bagaikan pahlawan di dalam kerajaan

Harimauku, awas di depanmu ada singa !

Harimauku, awas di depanmu ada macan !

Kuatkan barisan kakimu !

Bersiaplah dengan tenagamu !

Harimauku, waspadalah singa itu akan mencuri buruanmu

Harimauku, waspadalah macan itu akan mengejar rusa kesukaanmu

Harimaku jangan pernah gentar melawan petir itu

48. Sampah

Begitu menggunung aku melihat kau berada

Baumu menyengat begitu terasa

Muntah, dan muntah aku melihatmu

Kenapa kondisimu bisa seperti itu ?

Memang engkau tidak salah

Memang engkaulah yang benar

Engkau bisa dioalah, engkau bisa dirubah

Engkau memiliki potensi terpendam

Wujudmu memang sampah dan manusialah yang salah

Kau sering di lempar begitu saja

Tanpa dipikirkan, tanpa dihiraukan

Karena manusia senang bertindak tanpa otak

49. Terbanglah Merpatiku

Merpati sayapmu menari merajut awan
Merpati sayapmu putih suci menawan
Waktu terus mengalir bagai bengawan
Merpati teruslah menari, teruslah kawan
Mengapa matamu sayu
Pelan kedipmu terhuyung huyung
Samudera hidup masih merayu
Merpati teruslah, teruslah mendayung
Masihlah berwarna sang pelangi
Masih ada merah masih ada jingga
Masihlah kau harum mewangi
Masihlah aku padamu bangga
Hari esok sedang menunggu
Hilangkan gundah, buang gerah
Merpati bentangkan tawamu
Usir gelisah dari jiwamu
Jangan biarkan angin membawamu
Tunjukkan pada semua wibawamu

50. Kupu-Kupu Pun Mengerti

Ketika kupu-kupu bergerak

Mengikuti harumnya aroma bunga itu

Ia tak tahu bahwa sekarang telah bisa terbang

Menikmati indahnya awan angkasa

Apakah kau mengerti dulu kau adalah ulat

Dengan segala keganasanmu

Kau makan daun daun muda kesayangan pak tani,

dan kau sangat jijik , kotor lagi menakutkan

Tapi sungguh ajaib Tuhan menciptakan

Kau bekali dirimu dengan metamorfosa

Dan kau tidak makan, menahan haus dan dahaga

Di dalam kurungan hijau yang tergulung- gulung

Ketika waktu tiba kau rubah dirimu jadi makhluk maha sempurna

Berpenampilan molek dan menawan

Membawa bahagia bagi siapa saja yang melihatnya

51. Menyesal

Bertahun – tahun sudah dunia bersamaku

Bermacam – macam kealfaan di sandangku

Tak peduli apakah itu putih atau hitam

Semua tak terduga berjalan begitu saja

Aku telah melakukan banyak khilaf

Hanya kepadaMu lah aku kembalikan

Hanya kepadaMu lah semuanya aku pasrahkan

Ampun, ampun, dan ampunilah dosaku

Ku menyesal !

52. Pohon Jati

Pohon jati kau berwibawa

Tubuhmu besar, daunmu lebat

Kau sangat bermanfaat bagiku

Tetapi nasibmu sungguh malang

Kau ditebang secara liar

oleh orang yang tak peduli

Pohon jati jasamu sungguh besar

Kau mengurangi pemanasan global

Pohon jati jasamu tak kulupakan

53. Sekiranya Bukan Kalau

Kalau seluruh laut bersatu

alangkah besarnya laut

Kalau seluruh pepohonan bersatu

alangkah besarnya pohon

Kalau pohon yang bersatu tumbang

kedalam laut yang bersatu

alangkah besarnya gelombang

Kalau Indonesia berada didalamnya

Hore!

54. Untukmu Kartiniku

Masa penjajahan membelenggu bangsa Indonesia

Masa penindasan begitu mencekal rakyat

Tak ada kebebasan pada waktu itu

Tak ada kelapangan di zaman itu

Semua hidup dalam tekanan

Wanita – wanita tak boleh bersekolah

Wanita – wanita tak diberi kebebasan

Wanita- wanita dikurung di dalam rumah

Ibarat katak berada dalam tempurung

Hanya kekhawatiran yang ada pada waktu itu

Hanya kecemasan yang ada pada saat itu

Seolah menandakan wanita Indonesia tak mampu bangkit

Adalah sebuah keberanian melawan arus

Melakukan secara diam – diam

Merombak total pemikiran wanita Indonesia

Menuai hasil dimasa sekarang, terima kasih Kartiniku !

55. Majulah Terus Siswa Indonesia

Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini

Hanya kepadamu harapan ku sandangkan

Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan

Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu

Bangkitlah melawan arus yang terus mendera

Kuasailah dirimu dengan sikap optimis

Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya

Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan

Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan

Masa depan ada di tanganmu

Harapan terpendam ada di pundakmu

Nasib bangsa engkau yang menentukan

56. Menyongsong Pagi

Pulas dan pulas manusia menutup mata

Saat tidur menemaninya

Tak terasa waktu terus berputar

Pagi pun telah menghampiri kembali

Begitu banyak manusia tak tahu

Mengapa hari terus berganti

Pagi berganti siang, siang berganti malam

dan malam berganti pagi

Gundah, resah,senang

semuanya telah menemani manusia

Pagi ini, hari ini, telah dikalahkan oleh siang dan malam

Pagi ini, hari ini, mari tetap berkarya

57. Pahlawan Pendidikan

Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana

Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata

Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi

Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa

Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah

Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin

Hanya ucapan terakhir dari mulutku

Di hari pendidikan nasional ini

Gempitakanlah selalu jiwamu

wahai pejuang pendidikan Indonesia

58. Angin

Desis mendesis suara itu datang

Menggugurkan suasana panas

yang tak kunjung sirna

Di hamparan nuansa hijau

yang telah menguning dan mengering

Domba domba berpayahan

Merasakan panas dan teriknya

nuansa matahari saat itu

Domba domba itu pun tetap tak mengerti

Hanya suara mbek…..mbek….mbek……

yang mencuat dari mulut domba itu

sebagai ucapan terima kasih untuk sang angin

59. Kelapa Muda

Ketika haus mendahaga.

Memanggil kering kerontangnya tenggorkan

Mata pun tak sabar ikut berbicara

Oh kaki dan tangan bisakah

dikau panjatkan kelapa muda itu ?

Sungguh kenikmatan tertinggi

kan kudapatkan lama setelah

ku sabar menunggu

di penantian jatuhnya kelapa muda itu

60. Piknik ke Angkasa

Bila burung mengangkasa

Dan mata memandang

Hati pun pasti ikut terngiang

Oh……Tuhan kenapa bisa begitu ?

Kenapa manusia hanya begini ?

Bukan maksud hati untuk membanding

Tapi ……andaikan ku punya sayap

Pasti ku kan terbang lebih ,lebih dan lebih

ke atas sampai ke angkasa luar

Mungkin rumah juga ku bangun di sana

Dan ku tinggal di luar angkasa

menggapai cita yang membahana

61. Dendang Gembala

Di keteduhan pohon sengon

di kaki bukit terdengar ria

dendang anak gembala

menunggui ternak mereka

yang asyik memagut

segar dan hijau rumput

Bunyi seruling gembala

nyaring gembira

lupalah haus dan lapar

dalam gurau dan kelakar

Dendang gembala

di ambang senja

hewan – hewan di halau pulang

menuju ke kandang

62. Permainya Desaku

Sawah mulai menguning

mentari menyambut datangnya pagi

ayam berkokok bersahutan

petani bersiap hendak ke sawah.

Padi yang hijau

siap untuk dipanen

petani bersuka ria

beramai – ramai memotong padi

Gemercik air sungai

begitu beningnya

bagaikan zamrud khatulistiwa

itulah alam desaku yang permai

63. Buat Ibu tercinta

Ibu,

kala aku beranjak dewasa,
kala aku membutuhkan tempat bertanya,
kenapa Ibu pergi?

Ibu,
ibu tahu tidak kalau aku sedih?
ibu tahu tidak kalau aku takut?
tapi kenapa Ibu pergi?

Ibu,
bicara dong, kenapa cuma diam saja?
memang beban ini cuma milikku saja?

Ibu,
kalau memang begitu adanya,
doakan aku supaya kuat,
doakan aku supaya bijak
dan tidak terinjak-injak…

Dari putrimu
yang sangat menyayangi,
merindukan,
dan membutuhkanmu….

64. Malam gulita

Gelap sekali aduh….. tak tahu arah

Kami berjalan mencari jalan keluar

Lampu memang mati

Jalan pun jadi kacau

Jika begini hancurlah sudah

Sirnalah harapan

Kenapa, kenapa pemadaman terus terjadi ?

Kami tak ingin begitu

Juga tak ingin begini

Melihat kenyataan ini

Sedih hati ini

Tapi….. kami tak mau

Larut dalam gelap gulita malam

Kami tetap ingin

Belajar sekali lagi dan sekali lagi …

Sampai lampu hidup betul

65. Perjalanan jarum jam

Kupandang kau bergerak

Mengikuti putaran yang menjingkrak

Putaranmu searah dan tak

pernah berbalik arah

Mengapa kau tidak pernah berbalik ?

Ataukah memang tak ingin kembali

Ku lihat sekali lagi kau tetap begitu

Dan tetap begitu saja

Dan ku tahu apapun yang terjadi

Kau memang tetap begitu

Sungguh pendirianmu begitu kuat

Dan tak ada sesuatupun yang menyamaimu

66. Menulis Itu Indah

Hai bocah kecil……

Angkatlah pena itu dan

goreskanlah keinginanmu dengan jelas

Tuliskan apa saja yang kau ingin

dan harapkan

Tak usahlah kau takut mengotori kertas itu

Kertas itu nanti memang jadi kotor

Dan kotor di kertas itu

Akan membantu dalam mewujudkan cita-citamu

Apakah kau tidak tahu

Tulisanmu adalah harta bagi siapa saja

yang membacanya

67. Lilin Penerang

Di kala gelap menimpa rumah

Di saat itu hati harus tabah

Berteman dengan lilin kecil pencipta benderang

Pengusir hati yang sedang terkekang

Meskipun lama tidak hidup

Namun tetap kami tunggu dengan lapang dada

Dan tak menggerutu di rasa hati kami

Sedikitpun tak ada, tak ada yang mengeluh

Kami hanya yakin

semua kan kembali seperti sedia kala

hingga waktu tiba

68. Siapa Berani

Siapa berani mendaki gunung itu ?

Siapa berani melewati bebatuan terjal di jalanan

menanjak itu ?

Siapa berani menerjang ombak yang ada di laut itu ?

dan siapa berani melawan kesemuanya itu

Tahukah kawan, hanya dia sang pemberani

Yang memiliki jiwa ksatria yang mampu mengalahkannya

Dan apakah kau termasuk ke dalam anggota di dalamnya

Hanya dirimu yang mampu menjawabnya

69. Sumpah pemuda

Wahai para pemuda pendahulu…..

Yang telah hidup puluhan tahun berlalu

Yang telah membuat semua bersatu

Mengabadikan lentera nusantaramu

Di kala sekarang telah tiada

Gema janji sumpahmu tetap masih meraung

Meraung keras di seluruh penjuru sudut bangsa ini

28 oktober, karenamu pemuda Indonesia melebur

Menjadi sebuah pedang yang diasah tajam

Dan siap di gunakan untuk mengisi kemerdekaan ini

Terima kasih sumpahmu

28 oktober kan kugemakan slalu sampai nanti

mentari tenggelam di seberang timur

70. Terlambat sekolah

Burung telah bernyanyi di kala pagi

Menyanyikan lagu semangat tuk menanti hari berseri

Dan bedalah manusia dengan burung itu

Di balik selimut manusia bersembunyi

Menyenyakkan diri melupakan kewajiban hati

Aku tidaklah beda masih demikian

Kemalasan telah meracuniku

Hingga aku tak bisa berbuat banyak

Kesekolah tidak bisa datang tepat

Aku kalah dengan seekor burung

Hingga malupun aku dapat

71. Kiamat

Kiamat……

Banyak kejadian aneh di muka bumi

Kiamat……

Banyak anak-anak durhaka pada orang tua

Kiamat……

Orang baik sudah tidak ada lagi

Untuk temanku yang sedang termangu

Marilah bersujud di hadapanNya

Mohon ampun belas kasihanNya

Semoga ampunan selalu dalam perlindunganNya

Membawa kita masuk ke dalam surgaNya

72. Antara dunia dan akhirat

Duhai teman yang ada di seberang utara

wahai teman yang berada di seberang selatan

Duhai teman yang ada diseberang timur

Wahai teman yang berada seberang barat

Bisakah keadaan semua disana diceritakan ?

Kami tahu itu tak jauhlah berbeda

Dengan adanya dunia dan akhirat

Antara panas dan dingin

Antara kaya dan miskin

Dan antara manis dengan pahit

73. Petualang kecil

Jalan merayap, jalan merangkak

Berdiri tegap, berbadan kuat

Melewati belantara terjal pegunungan

Menemani nuansa riuh berkicaunya burung

Mengalahkan kejamnya tantangan alam

Sang petualang kecil bertoreh keberanian

Tak pernah takut ataupun sirna

Melawan kesegala mara bahaya

Yang bermunculan di jalanan

Dan bila haus mendahagakan

Mengeringkerontangkan tenggorokan

Kau tetap menggeliat

Mencari timbunan asamu yang masih terpendam

74. Manusia Robot

Robot banyak orang memanggilmu

Di jepang banyak kamu tinggal

Robot kamu adalah manusia mesin

Walaupun begitu apakah kamu punya perasaan sepertiku ?

Tak sedikitpun kau perbuat kesalahan

Unik, lucu,gesit, tak pernah putus asa dirimu berada

Dan bila pekerjaan banyak menimpamu

Kau akhiri segalanya dengan sesempurna

kemampuanmu.

75. Tukang Batu di Desaku

Oh tukang batu……

Sungguh heran hatiku melihatmu

Jam 11 malam pun kau masih menggema

Memukul batu batu di dasar rumah itu

Tuk memetakan keramik lantai

Menghaluskan kondisi rumah itu

Kau jadi pemborong

Dan memborong segalanya

Untuk memolekkan rumah orang itu

Semangatmu sungguh luar biasa

Bagaikan robot yang tak pernah putus asa

76. Nikmatnya berzakat

Menumpuk sudah uang tabunganku

Tak hilang punah semua usahaku

Setelah berlama-lama kukumpulkan

Kini saatnya sebagian aku zakatkan

Tidak merasa hilang uangku dimasukkan

Dalam kotak kecil yang begitu lusuh

Lusuh dalam penglihatan manusia

Namun tidak disisi Tuhan Yang Kuasa

77. Indah Senyuman

Burung Kaka tua tertawa ha….ha….ha…..

Begitu juga kambing tertawa hi…hi…hi…

Manusia cemberut menahan kerut

Bila gundah dalam hati

Menitikkan air mata duka lara

Memang duka lara akan pergi

Bila senyum kita lempar

Namun tidak seperti melempar batu

Ke atas langit dan ke bawah bumi

jika kambing pasti tertawa dalam haus dan lapar

manusia juga perlu senyum

dalam duka lagi lara

78. Anak Nakal

Diam kamu……, jangan banyak usil

Bisakah kau perhatikan sebentar !

Celotehmu hanya bikin gerah

Perilakumu hanya buat mual saja

Lihatlah semua guru telah mencibirmu

Dan kau selalu panaskan kejengkelan hati padanya

Tak pernah secuilpun kau perbuat selaras dengan

aturan hati

Dunia bisa siang juga bisa malam

Kau hanya perlu memilih saja

Jika baik di kata kau selalu ambil

Perubahan berarti pasti kau dapatkan

Namun bila buruk kata selalu dipilih

Sampai nanti kau takkan selalu tiada arti

79. Kehebatan Anggota Badan

Kami tak bisa berucap ya Tuhan…….

Apa yang harus kami katakan

Kau karuniakan mata, tangan, kaki , telinga, hidung

Dan semua yang terkumpul dalam kekuatan maha hebat

Namun dibalik itu semua ternyata tersimpan kelancangan

Perilaku dan sikap

Kami tak pernah mensyukur sedikitpun

Tangan kami gunakan untuk merusak alam

Kaki kami gunakan tuk menendang bumi

Telinga dan mata kami gunakan untuk mendengar dan melihat

yang seharusnya tidak kami perbuat

Dan semua adalah demi berteman dengan hawa nafsu

Jika memang kami dosa…….

Tunjukkanlah apa yang seharusnya kami lakukan

Kau adalah maha perubah

Ya Tuhan rubahlah perilaku kami agar tidak sedemikian itu

80. Ramdlan Ku Sayang

Kau datang dengan segudang harapan

Di tengah penantian berjuta manusia

Senyum suka cita pun mencuat dari mulut mulut kecil

Dan bila kau pergi keramahan tiada lagi

Tangis sedih mewarnai kehilanganmu

Tak’da lagi lantunan lantunan kecil

Yang menyejukkan hati

Penenang jiwa nan gundah

Dari hasil tilawah yang menggugah

81. Selancar Ku Lancar

Bahagia diriku di kala sore

Udara begitu sejuk menawan hati

Angin pun kencang menerpa mengangkat ombak

Melayangkan selancarku berayun ayun, mengangkasakan diriku

Menikmati riuhnya ombak bergulung-gulung

Membukakan hati yang berketakutan

82. Nyiur Hijau

Nyiur hijau di tepi pantai

Bang kuning meraya

Siur siur daunnya melambai

Burung-burung berpada menyanyi gembira

Tanah airku tumpah darahku

Tanah yang subur kaya makmur

Tanah airku tumpah darahku

Tanah yang indah permai nyata

83. Sekolahku Sehat

Sekolahku yang sehat

Betapa ku mencintaimu

Terimakasih kawan kawanku

Yang telah membersihkannya

Akan ku kenang engkau

Sekarang sekolahku indah dan sehat

Betapa aku senang

Ini semua karena keikhlasanmu yang menggema

84. Taman Bungaku

Tamanku taman indah permai

Kurindu dan kupandang slalu

Bunga pujaan hatiku

Kagum tiada jemu

Burung berkicau riang hinggap

Di dahan-dahan sambil menari senang

Alangkah indahnya tamanku

Kusiram dengan tekun selalu

85. Awan

Kulihat awan seputih bunga melati

Kesana kemari dilangit luas

Andai saja aku bisa menggapainya

Agar aku bisa melihatmu

Akan kuraih bila aku dapat

Akankah aku bisa menggapainya

Aku akan berusaha sekuat mungkin

86. Pahlawan

Oh, pahlawan

Engakulah yang melindungi bangsa

Tiada engkau, tiada kebebasan

Karenamu bangsa bebas dari penjajah

Sekarang tiada engkau lagi

Dan bangsa harus tetap bersatu

Ku akan merindukanmu selalu

Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu

87. Bungaku

Oh Bunga……

Engkau mekar di taman beraneka warna

Merah dan putih selau berseri

Mawar dan melati berwarna warni

Di atasmu penuh kumbang dan kupu

Menari, menyanyi dan menghirup madumu

Bagaikan mimpi dikhayalku

88. Untukmu Guru Bangsa

Guru…….

Engakulah pengajar kami

Engkau ajarkan ilmumu untuk kami

Tiada bosan bosan engkau mengajar

Dengan penuh kesabaran

Guru ………..

Engkau mengajar dengan ikhlas

Engkaulah pendidik putra putri bangsa

Jasamu kepada kami sungguh besar

Hingga aku menjadi pandai dan pintar

89. Gunungku

Gunungku

Engkau tinggi menjulang

Penuh pepohonan kiri dan kanan

Merah bungaku

Hijau daunmu

Coklat batangmu

Tetapi mengapa manusia begitu kejam ?

Menebang dengan liar

Membakari hutan-hutan

Sekarangpun hutan banyak yang gundul

Karena perbuatan manusia yang kejam

Kepahitan masa lalu pun didapatkan

90. Tugu

Tugu…….

Engkau menjadi saksi bisu

Kehidupan dulu

Yang belum kutahu

Tugu…..

Tetap kokoh melawan zaman

Yang penuh kekerasan

Jikalau malam datang

Ku ingin sepertimu

Tetap tegar melawan kokoh yang penuh liku

91. Laut

Laut……..

Engkau datar meluas

Penuh air di tepi dan di dalam

Ombakmu yang tinggi

Warnamu yang biru

Laut……….

Begitu indah dipandang

Begitu dingin dirasakan

Engkaulah salah satu buah karya Tuhan

Tetapi manusia tidak merawatmu

Membuang sampah dilaut

Hingga tsunami meraja di Aceh

Itulah wujudmu

92. Kupu dan Kumbang

Kupu……Kumbang…….

Engkaulah sang penghirup madu

Menghirup dengan penuh kesenagan

Menghirup di atas bunga-bungaku

Kupu…..Kumbang

Engkau terbang menari-nari

Bersama kawan-kawanmu

Di atas bunga, di bawah sang mentari

93. Indonesiaku

Angin berdesir di pantai

Angin berdesir sepoi-sepoi

Burung pun ikut berkicau dengan merdu

Di atas pantaiku

Sawahnya yang hijau terbentang luas

Gunungnya tinggi menjulang

Itulah Indonesiaku

Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan

Di sanalah aku akhir menutup mata

94. Lagu

Kulantunkan tembang rindu

Untukmu sahabatku

Di atas panggungmu

Kumenari dan bernyanyi dengan riang

Penuh damba dan senang di dalam hati

Dengan riangnya kau mengikutiku

Menyanyikan lagu

Indah, merdu dan sempurna

Itulah wujudmu wahai lagu

95. Gigiku Sehat

Gigiku salah satu anggota tubuhku

Yang berwarna putih

Di dalam mulutku

Yang memangjang satu persatu

Oh tuhan terima kasih engkau menciptakan gigiku

Hanya sebutir kata yang keluar dari mulutku

Aku bisa melumat makanan itu

96. Tepuk Tangan

Berepuklah tangan

Dan hempaskanlah suasana duka lara

Riuh dan ricuh terdengarkan

Menusuk telinga

Namun membakarkan kesenduan hati

Dan apakah hanya itu yang akan kau dapatkan

Tidak …………..tepuklah sekali lagi

Semua mala akan hijrah ke angkasa

97. Beri Terbaik

Segala apa yang diambil

Dan Semua apa yang telah dinjak

Adalah buah dari asa manusia

Keberanian berjalan

Keuletan berlaku

Kepatutan bercermin

Tiadalah metamorfosa manusia dalam hijaunya dunia

Apalah yang akan dipetik

Buah nangka atau durian busuk ?

Pastilah yang akan dipilih adalah segala apa yang terbaik

98. Bocah Jalanan I

Langit, bapaknya

Bumi, ibunya

Alam,pekarangannya

Raga,rumahnya

Waktu,menggelindingkannya

Sampai jiwa kembali padaNya

99. Bocah Jalanan II

Berangkat pagi diterpa angin

Menyibak kabut bertaruh nyawa

Untuk menyambung hidup hari ini

Belajar dari binatang buas

Memburu rejeki lewat apa saja

100. Balada Dua Bocah

Dua bocah dalam rumah kosong

Berkelakar dan tertawa riang

Tuk usir lapar

Yang merongrong

Selama menunggu ibu bapak pulang

Mengkais rejeki disetiap peluang

Dua bocah dalam rumah kosong

Lelah bermain selepas petang

Berbaring di lantai sambil menerawang

Sementara ibu bapak terus berjuang

Abaikan dahaga dan terik yang memanggang

Dua bocah dalam rumah kosong

Sama mimpi lihat makanan terhidang

Lalu dilahap hingga perut kenyang

Tepat di saat ibu bapak genggam menang

Segera bawa buat buah hati sayang

Tapi bocah sudah meregang

Paras mereka tenang

101. Sudah KehendakNya

Raja kematian datang dini hari

Menjemput sukma kembali padaNya

Walau sedu sedan menghiba

Minta tangguh barang sejenak

Tetap saja jalankan tugasnya

Karena semua yang tersurat sudah kehendakNya

102. Pak Pos

Biar terik atau hujan

Setia datangi penerima khabar

Yang menanti penuh harap

Digubuk atau gedung semua pelosok

Agar tragis tak berulang

Seperti beliung yang memporakporandakan

103. Prinsip

Keberhasilan bukanlah hadiah,

Rebut,

Genggam,

Jangan biarkan semangat tergerus

Karena,

Bila tidak bisa apa-apa

Tak kan pernah bisa apa-apa

104. Si Manis

Si Manis……..

Bulumu putih mulus

Wajahmu imut

Dan tebal seperti selimut

Engkau kucing yang lucu

Juga menggemaskan

Senangnya aku melihatmu

Eloknya kamu kucingku

105. Gosok Gigi

Sehari aku gosok gigi

Pagi , sore, malam sepanjang hari

Karena aku takut gigku sakit lagi

Akupun senang gigiku sehat

Ayo kawan kita gosok gigi

Janganlah kau malas kawanku

Maka dari itu ku memeperingatikanmu

Agar gigimu tidak sakit sepertiku

106. Guruku

Terima kasih guruku

Kau telah memberiku pendidikan

Sungguh senangnya aku

Mendapat ilmu karena pendidikanmu

Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa

Aku ingin sepertimu

Walau kau keras kepadaku

Aku tau kau sangat sayang padaku

Terima kasih guruku tercinta

107. Suara Adzan

Bila telah terdengar suaranya

Mengumandang mencubit telinga

Orang pun berbondong

Mengambil wudlu membasuh tangan

Dan merelakan kewajiban suci

Menghadap ilahi mempasrahkan diri

Mencari harapan untuk mengumpulkan pahala

Berharap hasil di negeri kahirat

108. Habis Sudah

Habis sudah harta terkuras

Hilang telah semua yang terpunya

Dan kini mengisap jempol

Mengkhawatirkan menangiskan diri

Meratapi timbunan kesedihan yang melekat

Berharap ada yang membela kasihani

Hanya satu yang terpukat

Kebangkrutan tidak akan datang

Bila impian masih tertancapkan

109. Harus Bisa

Saat waktu telah tiba

Dan semua harus tekumpulkan

Waktu memang terus berkejaran

Tidak mau terkalahkan

Bisa atau tidak ?

Tahu atau tidak ?

Semua adalah cobaan yang harus diterpa

110. Memohon Bantuan

Derita datang

Mala pun bebarengan hadir

Seperti tamu tak diundang

Rintihan rintihan kecil

Tangis tangis pilu

Menghiasi segala asa

Yang memelas memohon bantuanNya

Gegas gegaslah tetap

Tanpa henti tiada berputus asa

Tuhan adalah maha tahu

Segala apa yang buruk dan baik untuk hambaNya

Tetaplah bermohon kepadaNya

Bila belumlah termakbulkan

Teruslah sekali lagi…..sekali lagi…. dan sekali lagi………

111. Waktu Adalah Uang

Benarlah apa dikata orang

Orang kaya bilang waktu adalah uang

Bila berpangku tangan di ruang

Apakah uang akan datang ?

Banyak orang tidak tahu

Juga tidak mau tahu

Kejadian yang terjadi padanya

Adalah ketentuan dariNya

Namun tidaklah demikian sebenarnya

Orang kecil orang besar

Berpeluang sama besarnya

112. Kunang-Kunang

Saat malam tiba

Gelap pun membumi

Menutupi hingarnya dunia siang

Ada satu yang menakjubkan kalbu

Kunang-kunang beterbang ke kiri dan ke kanan

Melintas mata manusia

Membuat otak memutar pikir

Memberikan pertanyaan

Mengapa engkau memiliki benderang

pencipta terang di kala malam ?

Sadar semua berpikir

Hanya Tuhan yang maha tahu

Semua itu

113. Sang Juara

Dia bukanlah keberuntungan

Mereka tiadalah orang yang berkejora

Dia dan mereka hanya bergelora

Di saat pertandingan tiba

Hatinya adalah mesin

Berputar terus menerus

Tiada henti

Dalam kemunduran

Tetaplah menampakkan dan menghadiahkan

Kemenangan yang tiada henti

114. Salam Sapa

Menatap semut yang berpapasan

Berhingar bingar dalam kerumunan

Kesana kemari menampilkan

pola perilaku yang menakjubkan

Tetap bersalam sapa dan berjabat tangan

walau berat beban makanan di atas badan

Manusia, tak tahu malu

menghardik, mendengki, bahkan mencibir satu sama lain

Berbahagia dalam bergunjing ria

adakah manusia kan membahagia ?

115. Bunga Matahari

Kuning, cerah, dan menggugah

Bunga matahariku di depan rumah

Bila kau akan layu kukayuhkan timba

Air pun kualirkan di akarmu

Dan ku membahagia

Menyaksikan kau hidup segar

Tanpa kesakitan menahan teriknya

sang mentari

116. Siklus

Kemarin ada tawa dalam gelap

Sekarang ada tangis dicerah cahaya

Lintangku tetap saja dari selatan ke utara

Seiring gelap terang sepanjang jalan

Semua jadi bukan aral langkah

Buat esok wujudkan impian

117. Berita Duka

Dipintu gerbang kalian berdiri

Menenteng thermos sore tadi

Dengan wajah kuyu dan bibir terkatup rapat

Serta mata sembab oleh tangis berkepanjangan

Tiada yang dapat ku katakana dari fenomena itu

Karena akupun seperti kalian

Tergetar oleh kuasanya

Di malam yang kelewat dingin ini

Terukir haru yang pekat

Oleh berita duka

Berpulangnya ibu tersayang

118. Nelayan Pantai Selatan

Gelombang gelombang pasang telah bermain

Mengosak asikkan nuansa pantai

Perahu perahu di halau pulang

Masuk ke pekarangan

Nelayan tetaplah nelayan

Tidaklah kan tetap kekurangan

Walau hanya sebentar

Menahan lapar dalam kelakar

Bersama gelombang gelombang pasang

119. Gunung Krakatau

Di selat sunda perahu berlintas

lalu lalang

Membawakan penumpang

Menyibakkan pesona gunung Krakatau

Fenomena alam Krakatau

Berpenampilan gagah

Membahana di lautan luas

Mengepulkan asap membabibutakan

Musuh musuh yang berkeliaran

120. Pelangi

Pelangi……pelangi….pelangi……

Warnamu indah berseri

Merah kuning, hijau,itu warnamu

Disinari oleh mentari

Semua orang menyukaimu

Kau pelangi terindah disini

Inginnya aku melihatmu setiap hari

Dan disertai burung burung terbang tinggi

121. Rembulan

Saat rembulan berwajah muram

Sinarnya pun amat temaram

Malam tetaplah malam

Malam hanyalah hitam

Oh…….rembulan

Kau membuat hati makin bimbang

Apakah kita bisa menang

melawan musuh yang akan datang

122. Puncak jayawijaya

Tebing tebing tebal

Tertaklukkan sang pendaki

Berhari-hari menahan rintihan

Menahan siksaan dinginnya

salju berasa puncak jaya wijaya

Setapak demi setapak

Kaki bertautan menahan pijak

Melawan terjalnya tantangan

alam jayawijaya

Berlama lama melintas

Menanjak, meliku,mengganjal

Guliran kaki yang menghentak

Sedikit demi sedikit

Dengan pelan lagi pasti

Sang puncak telah terlihat

Haru membahagia membahana

Bendera menancap pada sang raja pegunungan

123. Semua Sama

Ada hitam ada putih

Ada baik ada buruk

Keriting ada lurus juga ada

Tidak lupa congkak dan angkuh pun bercampur

Semua yang ada memang lah tak sama

Dan berbhineka pun kemudian menyimbolkan

Namun ada tunnggal dan ika dalam kebnhinekaan

Yang amat luas

124. Meraih Taqwa

Menjalankan mengerjakan

Mengamalkan mengikhlaskan

Semua dan segala kewajiban

Apakah sulit ?

Di sisiNya kita kan dekat

Sedekat tali yang mengikat sepatu

Dan hanyalah taqwa di hati

Yang kan mendekatkan

Sedekat tali sepatu di pangkuanNya

125. Senam SKJ

Bergerak melingkuk nan membungkuk

Berulang-ulang,berkesinambung

Mencipta irama menyibak pesona

Menawarkan kesegaran

Membawakan jasmani ke dalam

Kesehatan yang luar biasa

126. Bangunlah

Di tengah gemerlapan cahaya

Diantara tarian-tarian malam

Mereka terlena dan lupa

Atau sengaja lupa akan budaya bangasa

Tertutup oleh pesona luar

Yang bukan milik kita

Wahai ………..anak bangsa

Dengar……… dengarkanlah

Sisihkan hati untuk negeri ini

Cintailah budaya sendiri

Sebenarnya kita punya banyak pesona

Pesona yang dapat dibanggakan

Inilah budaya daerah, budaya bangsa

Wahai…….bangsaku

Bangunlah dari tidur lelapmu

Hapuskanlah dari mimpi-mimpi kosongmu

Berjuanglah !

Jangan biarkan budaya dicuri negeri orang

Ia butuh perhatian

‘tuk diperjuangkan dan dilestarikan

Agar tetap jadi milik bangsa

Bangsa yang besar

Bangsa indonesia

127. Bertempur Dengan Waktu

Bergerak, berjalan, dan berlari

Memutar badan kesana kemari

Mencari untung menggali celah

Disetiap peluang yang merekah

128. Caturku

Prajurit prajurit telah tertata rapi

Di pagari kokohnya benteng-benteng

Yang melapis tiada henti

Sang kuda telah berpetak

Sang menteri pun memutar otak

Dan semua bergegas tegak

Memetak langkah di kehitaman kotak

Menyibak menendang semak belukar

Menghalau lawan menggapai menang

129. Ku Suka Diriku

Hebat aku adalah hebat

Bergelora sakit

Berkejora sedih

Menghalau pilu di sana sini

Tetaplah aku tidak akan berganti

Wajahku tetap lugu

Lakuku juga tetap

Tiada daya yang merubah

Tak ada pikat yang menggiur

Karena aku suka pada diriku

130. Dilarang Sombong

Sedikit demi sedikit

Perubahan telah tampak

Prestasi demi prestasi telah tertoreh

Hasil membahana juga sudah membumi

Bergaya berlaku berpesona

Tiadalah berlebih lebih

Segudang harta sebukit ilmu

Telah terkantongi

Membikin hati ingin menampilkan

Menampakkan segala kebolehan

Mengalahkan apa apa di hadapannya

Namun tidaklah demikian

Manusia tetaplah manusia

Yang sama dengan siapa saja

131. Lakon Kancil

Dalam cerita pak tani

Sang kancil diam diam mencuri timun

Dengan bersembunyi sembunyi

Menengok kesana kesini

Sang kancil pelan namun pasti

Memasuk melangkah kaki menginjak

Memetik timun di sela sela tegalan

Memarahkan pak tani di tengah tengah Bp. Wahyudi

siang bolong

132. Bertolong Menolong

Satu batu besar sebesar gunung

terangkul berpuluh puluh tangan

tetaplah tak terjengkal

Namun andaikan semut itu

dengan begitu kecilnya

berangkat bertaut pijak

bergotong gotong dalam ketangguhan

benda sebesar gunungpun pasti’kan terangkat

Manusia menahan keluh

terus berbasuh peluh

dan tetap saja tak bisa mengangkat

jika tangan tak tergandengkan

sekuat pagar yang membentengi rumah

133. Marah Atau Ramah

Marah membentak

Membuat takut semua yang mendekat

Mukanya merah tanpa bersinar

Dan senantiasa menggertak

Tanpa menghirau siapa yang dihadangnya

Turunkanlah sedikit wajahmu

Jika perlu masukkanlah ke dalam air

Basuhlah muka musam itu

Dengan dinginnya hempasan wudlu

Yang menyejukkan , meredamkan

Dan bergantilah dengan nuansa ramah

Yang menggelora

134. Bencana Melandaku

Lewat suara gemuruh diiringi debu bangunan yang runtuh

Tempatku nan asri terlindas habis

Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap

Kau lalap habis aku kehilangan segalanya

Mata manusia sedunia terpengarah, menatap dan heran

Memang kejadian begitu dahsyat

Bantuan dan pertolongan mengalir

Hati manusia punya nurani

Tuhan , mengapa semua ini terjadi ?

Mungkin kami telah banyak mengingkariMu

Mungkin kamu terlalu bangga dengan salah dan dosa

Ya, Tuhan ampunilah kami dalam segalanya

135. Baris Baris Itik

Itik bercuap wek…wek…wek….

Bertata rapi depan belakang

Mengantri mencari makan

Di penjuru sudut penggalan sawah

Sang gembala selalu berpegang tongkat

Mengacung acung memerintah menghalau

Menertibkan hewan berperimata disiplin

Dan apalah manusia menghalau diri

Tidaklah tertib

Begitu lama , begitu menjengkelkan

GLOSARIUM

Angin segar : suasana baik, suasana mendukung

Angkara murka : kejam, perilaku tercela

Bertalu talu : terus menerus

Bertaulan : berteman

Bersemayam : berada

Berseteru : musuh ( bermusuhan )

Berperimata : berpenampilan

Di halau : di atur, disuruh

Gelora : semangat

Gerah : panas

Mencuat : muncul

Mangkat : berangkat

Makrifat : manfaat

Menengadah : memohon dengan tangan

Merekah : retak, meretak

Menggeliat : mencoba bergerak

Mala : penyakit

Menorehkan : menimbulkan

Membelalak : menggebu-gebu

Membiak : membuka

Mendayanya : menjangkaunnya

Menelusur : memasuki, menjelajah

Merajut : merangkai, menyusun

Metamorfosa : proses perubahan, merubah diri

Membelenggu : menghukum

Mencekal : menimpa

Mendera : menyebabkan

Mencibirmu : membicarakan, mengomentari

Nista : tercela, jelek

Pribumi : penduduk asli

Reliefmu : bentuk, tatanan benda

Singgasana : kerajaan

Sembab : basah