Dibalik Rintihan Pasien

Sambungan 1  dari Kapan Kita Mati Ya ????

Hari kamis, 19 Februari 2009 tak sengaja kaki melangkah menuju RS.Dr. Sardjito Jogjakarta, dan setiba di penantian penunguan ku duduk di dekat pasien yang sudah lama menunggu, aku juga lelah ku duduk di dekat bapak tua itu, tengok kanan tengok kiri lama penantian nian, tak satupun saling menanya…dan kuingat dalam kalimat motivasi…..Sang Motivator Pak Mario Teguh “belum tentu orang yang tidak kita sukai itu…mendatangkan petaka tetapi hanya kita saja yang belum mengenalnya…akhirnya aku putuskan untuk menanya…bapak tua itu…. Pak sudah jam berapa bapak mulai menunggu…., sendirian saja….dapat nomor berapa….. dan seabrek pertanyaan lainnya…akhirnya bapak tua itupun tersenyum menjawab satu persatu pertanyaanku. Bapak itu ternyata seorang pensiunan dari sebuah instansi di provinsi lampung yang ternyata di akhir usianya menderita berbagai penyakit….akan tetapi tak tampak memang pada diri Bapak itu jika Bapak itu sedang sakit….Dia tampak begitu sehat. Tetapi……

Tak di sangka memang,  kata beliau…..tiap satu bulan sekali dia harus melakukan cuci darah dengan menggunakan obat dan di bagian perutnya pun terpasangkan selang sebagai alat pembuangan pencucian, dalam kondisi itu Pak tua itu tampak begitu sabar….bahkan dalam melakukan penungguan antrian…sesekali mengangkat HP Ericsonnya saat menerima telepon…..tak di sangka ternyata Pak tua itu juga tersenyum senyum di balik penderitaannya,  tampak sekali saat Ia menerima telepon. Saya memang belum sempat bertanya pada beliau tentang makna hidup ini…akan tetapi….

Lain cerita lagi ketika aku berpindah di suatu tempat, di penantian yang panjang di sana terlihat banyak orang dengan mengantri dengan begitu sabar menunggu hitungan panggilan satu persatu sang dokter….ada begitu terbesik sungguh syukur nian diri ini sekarang terwujudkan…betapa tidak banyak sekali orang-orang di sana dengan berbagai latar belakang menhadapi ujian sang pencipta….kondisi mereka lepuh ,..rapuh…korsi roda…..selang bantuan badan…dan seabrek lain-lainnya yang notabene adalah kadangkala menjadi ejekan dari orang sehat pada orang sakit.

Di peng antrian panjang itu , saya saksikan mata satu persatu saling menatap……tampak memang begitu kesedihan mendalam ….bahkan bisa di kata berkucuran air mata hati yang tak sempat keluar di antara perasaan-perasaan mereka…. walaupun memang di antara mereka ada yang sesekali sempat tersenyum….menayangkan …melawankan barangkali rasa penderitaannya.

Memang di sana semua , tidak ada yang mengetahui apa sebenarnya skenario Tuhan pada mereka….lantas apa hubungannya anugrah sakit terhadap peristiwa mati…..apakah ada yang bisa menjawab….tentu tidak ada …dan hanya sanubari kita lah yang barangkali mampu merabanya. Semoga pengalaman ini akan semakin mendekatkan kepada sang maha raja di raja Tuhan Sang Maha Pencipta.